kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Harga bahan bangunan naik, begini efek domino ke sektor infrastruktur dan properti


Senin, 22 Maret 2021 / 19:04 WIB
Harga bahan bangunan naik, begini efek domino ke sektor infrastruktur dan properti
ILUSTRASI. Pekerja beraktivitas pada proyek pembangunan?gedung pusat belanja.?(KONTAN/Carolus Agus Waluyo)


Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo .

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejak awal Januari 2021, harga besi dan baja naik signifikan di tingkat ritel. Hal ini disebabkan kenaikan harga bahan baku, terbatasnya pasokan, dan kenaikan permintaan. 

Namun, Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (Indef), Enny Sri Hartati melihat kenaikan harga bahan bangunan di ritel, tidak hanya besi dan baja saja. 

Adapun naiknya harga bahan bangunan, dinilai Enny akan memberikan efek domino bagi sektor infrastruktur dan properti. "Dampaknya bisa terjadi pembengkakan biaya di sektor infrastruktur dan properti dan berujung pada naiknya harga jual produk properti," jelasnya kepada Kontan.co.id, Senin (22/3). 

Baca Juga: Harga jual besi dan baja di ritel naik lebih dari 20%, ini penyebabnya

Dia menilai, pengembang tentu tidak mau menanggung rugi sehingga begitu biaya pembangunan naik, pasti harga penjualan produk properti yang baru juga akan terkerek naik. Menurut Enny, kenaikan hal ini dapat berujung pada perlambatan sektor properti baik itu dari segi pembangunan maupun penyerapan produk ke depannya. 

Selain itu, dampak ke sektor infrastruktur bisa jadi dua hal, yakni pemerintah melakukan revisi budget (yang prosesnya tidak mudah) dan konsekuensinya menambah defisit. Atau jika tidak mau defisit dan terus melanjutkan proyek, biasanya kontraktor akan membeli bahan bangunan dengan spesifikasi yang kurang. "Kalau ini bisa lebih bahaya karena hasilnya bisa tidak aman nantinya," kata Enny. 

Selanjutnya: Pendapatan turun, Pelat Timah Nusantara (NIKL) berhasil kerek laba bersih di 2020

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×