kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.455.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.155   87,00   0,57%
  • IDX 7.743   -162,39   -2,05%
  • KOMPAS100 1.193   -15,01   -1,24%
  • LQ45 973   -6,48   -0,66%
  • ISSI 227   -2,76   -1,20%
  • IDX30 497   -3,22   -0,64%
  • IDXHIDIV20 600   -2,04   -0,34%
  • IDX80 136   -0,80   -0,58%
  • IDXV30 141   0,18   0,13%
  • IDXQ30 166   -0,60   -0,36%

Harga Cengkeh Kian Kisut


Jumat, 16 April 2010 / 07:40 WIB
Harga Cengkeh Kian Kisut


Sumber: KONTAN |

JAKARTA. Harga cengkeh tahun ini kemungkinan besar tak akan sebaik harganya tahun lalu. Sebaliknya, harga cengkeh malah cenderung turun. Sebab, suplai cengkeh pada musim panen raya tahun ini akan meningkat.

Kementerian Pertanian (Kementan) memperkirakan, produksi cengkeh pada musim panen tahun ini, yang diperkirakan terjadi pada Juni hingga September, akan meningkat lebih dari 1.000 ton menjadi sekitar 83.929 ton.

Setidaknya ada dua faktor yang membuat produksi cengkeh tahun ini meningkat. Pertama, produksi pada musim panen raya tahun ini akan lebih tinggi seiring faktor musiman yang terjadi setiap empat tahun sekali. "Biasanya setiap empat tahun itu panen raya, karena curah hujan baik maka produksi juga meningkat, setahun setelahnya cenderung akan turun dan begitu seterusnya," ujar Ketua Asosiasi Petani Cengkeh Indonesia (APCI) Soetardjo.

Kedua, produski cengkeh juga karena perluasan lahan. Bila pasokan bertambah, maka harga cengeh tentu akan tertekan. Saat ini harga cengkeh sudah susut menjadi Rp 50.000-Rp 55.000 per kilogram (kg). Padahal tahun lalu harga cengkeh di tingkat petani mencapai Rp 65.000 per kg.

Menurut Soetardjo, sejauh ini penurunan harga cengkeh tersebut masih wajar dan belum membuat petani merugi. "Kalau harganya masih di atas Rp 40.000 per kg petani masih untung," imbuhnya.

Direktur Jenderal Perkebunan Kementan Achmad Mangga Barani mengemukakan, pemerintah sudah memiliki kebijakan agar harga cengkeh petani tak terlalu anjlok. Caranya, mengatur perluasan lahan tanaman cengkeh agar penambahan lahan tidak terlalu luas. Dengan begitu diharapkan produksi cengkeh tidak berlebih dan harga bisa dijaga tetap stabil.

"Karenanya kalau pun ada peningkatan produksi, peningkatannya tidak terlalu signifikan karena memang kita mengatur itu, disesuaikan dengan kebutuhan" tegasnya.

Saat ini, Indonesia memiliki beberapa sentra-sentra tanaman cengkeh tersebar di sejumlah daerah. Antara lain di Sulawesi Utara, maluku, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, dan Sumatera Barat.

Adapun penyerap komoditas cengkeh paling banyak di Indonesia adalah industri rokok, khususnya rokok kretek. Tingkat penyerapannya mencapai 95%. Sisanya diserap oleh beberapa industri lain, seperti industri obat-obatan, bumbu masak, dan parfum.

Tidak berniat beralih

Nah, terkait dengan industri rokok, belakangan ini muncul fatwa dan pelarangan mengonsumsi rokok. Salah satunya adalah Rancangan Peraturan Pemerintah (RPP) tentang sejumlah pelarangan bagi produk rokok. Konon, hal tersebut akan berdampak besar pada industri rokok yang ujung-ujungnya bisa m,menurunkan permintaan cengkeh dan merugikan petani vengkeh.

Toh, menurut Soetardjo, semua larangan atau fatwa yang menyangkut industri rokok tidak membuat para petani cengkeh ingin beralih menanam komoditas lain. Sebab, meski pengguna cengkeh terbesar adalah industri rokok, namun berbeda dengan tembakau, cengkeh masih dapat menjadi bahan baku bagi industri lain. Sebutlah bumbu masakan, parfum, dan lainnlain.

"Lagian peraturan itu hanya berimbas pada industri rokok yang besar, padahal kan banyak industri-industri rokok kecil-kecil yang usahanya rumahan, mereka juga besar penyerapannya," imbuhnya.
Bahkan, menurut Soetardjo, saat ini petani tak hanya memenuhi permintaan dari dalam negeri. Sejumlah negara, antara lain India dan Malaysia, sudah mulai menyerap cengkeh dari Indonesia. Pasar ekspor cengkeh pun kian terbuka. n

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Distribution Planning (SCMDP) Supply Chain Management Principles (SCMP)

[X]
×