Reporter: Abdul Basith | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga bahan baku bagi industri beras perlu diatur agar industri tersebut dapat tetap berjalan. Harga gabah yang tinggi membuat industri kesulitan.
"Kondisi harga bahan baku yang tinggi membuat industri keberatan," ujar Pengamat Pertanian, Khudori kepada Kontan.co.id, Senin (26/2).
Bahan baku dinilai menjadi faktor penentu keuntungan industri beras. Khudori bilang, pemerintah salah menerapkan Harga Eceran Tertinggi (HET), sementara harga gabah tidak diatur.
Penerapan HET pun membuat industri tidak bisa mengikuti perubahan harga gabah. Bahan baku berpengaruh bagi efisiensi industri beras.
"Keuntungan industri beras tergantung harga bahan baku," jelas Khudori.
Kesulitan terbesar dirasakan oleh industri penggilingan padi kecil. Harga gabah yang tinggi membuat hasil produksi tidak mampu sesuai dengan HET yang ditetapkan oleh pemerintah bagi beras medium.
Het beras medium berkisar antara Rp 9.450 per kg hingga Rp 10.250 per kg tergantung wilayah. Sementara HET beras premium berkisar antara Rp 12.800 per kg hingga Rp 13.600 per kg berdasarkan wilayah.
Akibat tingginya harga bahan baku membuat industri penggilingan kecil kesulitan. Khudori bilang sebelumnya sebesar 30% industri penggilingan padi kecil gulung tikar.
Industri beras besar pun dinilai mengalami kesulitan. Nilai tambah yang berbeda membuat harga beras premium sebelumnya bervariasi.
Namun, hal tersebut tidak lagi dapat dilakukan mengingat terdapat batasan harga. "Nilai tambah dalam beras premium berbeda-beda sehingga pemerintah tidak perlu mengatur beras premium," terangnya.
Meski begitu industri beras besar dinilai masih mendapatkan keuntungan. Namun, Khudori bilang margin produksi beras tersebut mengalami penurunan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News