Reporter: Muhammad Julian | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Fenomena kekeringan masih membayangi Australia. Kekeringan ini berdampak pada penurunan produksi gandum di negara tersebut. Alhasil, impor gandum Australia terus menurun.
Mengacu kepada data Badan Pusat Statistik (BPS) impor gandum Australia tercatat sebesar 5,10 juta metrik ton pada 2017. Impor gandum ini turun 52,58% menjadi 2,41 juta metrik ton di tahun 2018. Pada periode Januari hingga Mei 2019, jumlah impor gandum Australia hanya 390.226 metrik ton.
Padahal, sebelumnya Australia merupakan pemasok gandum terbesar bagi Indonesia. Porsi impor gandum Australia mencapai 44,63% dalam total impor gandum nasional pada 2017. Hal ini menjadikan Australia sebagai pemasok gandum terbesar tahun.
Tahun ini, Australia tidak lagi menjadi sumber impor gandum terbesar. Sebanyak 32,54% dari impor gandum nasional ditopang oleh pasokan gandum dari Argentina yang menjadi pemasok terbesar gandum Indonesia pada Januari-Mei 2019. Pasokan gandum Australia hanya berkontribusi sebesar 7,89% pada periode tersebut.
Baca Juga: China bersedia beli produk pertanian AS senilai US$ 50 miliar, tapi dengan syarat
Penurunan produksi gandum di Australia juga diikuti oleh peningkatan harga gandum dari negara tersebut lantaran pasokan yang juga menurun. Menurut Sales & Marketing PT Bungasari Flour Mills Indonesia, Budianto Wijaya, kenaikan harga pada gandum Australia bisa mencapai 40%-50%.
Walaupun begitu, Budianto menilai bahwa kenaikan harga yang terjadi pada bahan gandum Australia tidak memiliki dampak yang signifikan bagi kegiatan bisnis produsen tepung terigu yang memilikikapasitas produksi sebesar 2.000 metrik ton tersebut. “Tidak mengganggu, tapi memang dialihkan ke negara pemasok lain,” tutur Budianto kepada Kontan.co.id, Rabu (16/10).
Budianto mengatakan, porsi pasokan gandum Australia pada Bungasari Flour kurang dari 20%. Sebagian besar bahan baku gandum ditunjang oleh pasokan impor gandum dari negara-negara Eropa TImur.
Namun, kenaikan harga gandum dari Australia juga diikuti oleh kenaikan harga pada gandum pada sejumlah pemasok lain meski tidak terlalu besar. Budianto mengatakan, harga gandum naik sekitar 5% dalam dua bulan terakhir.
Baca Juga: Bungasari: Penjualan hingga kuartal III relatif tetap
Budianto mengatakan bahwa kenaikan harga yang terjadi belum mendorong Bungasari Flour Mills untuk turut mengerek harga jual produk. Namun, Budianto mengakui bahwa terdapat kemungkinan kenaikan harga jual jika kenaikan harga gandum ini berlangsung hingga dua atau tiga bulan ke depan. Besaran kenaikan harganya akan ditentukan kemudian dengan menyesuaikan dengan kondisi pasar dan kompetisi yang ada.
Sebagai informasi, impor gandum nasional tercatat mengalami penurunan di tahun 2019. Mengutip data Kementerian Perdagangan RI, impor gandum nasional pada periode Januari-Agustus 2018 tercatat senilai US$ 2,49 miliar. Angka ini kemudian turun sekitar 13,62% menjadi US$ 2,15 miliar pada periode yang sama di tahun 2019.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News