Reporter: Asnil Bambani Amri | Editor: Test Test
JAKARTA. Harga gula putih dunia anjlok hingga US$ 619,50 per ton di bursa komoditi London. Padahal, pada Januari lalu harganya masih mencapai US$ 743,80 per ton. Penurunan harga ini akibat adanya kenaikan suplai gula dari Brazil sebagai negara produsen gula terbesar di dunia.
“Ada sekitar 50 juta stok tebu di Brazil yang tidak tergiling di 2009, dan sekarang mereka mulai menggilingnya sehingga suplai gula bertambah,” jelas Colosewoko, Staf Ahli Asosiasi Gula Indonesia (AGI) kepada KONTAN, Kamis (4/3).
Menurutnya, peningkatan suplai tersebut membuat pasar gula goyah dan harga menunjukkan gelagat penurunan. Pada akhir 2009 lalu, terjadi kenaikan harga gula yang sempat mencetak rekor harga tertinggi selama 30 tahun terakhir akibat Brazil tidak bisa menggiling tebunya karena ada pabrik yang tidak bekerja. “Waktu itu banyak yang khawatir soal stok, sehingga harga gula mengalami kenaikan,” jelas Colosewoko.
Sayangnya, sejumlah BUMN yang diberikan izin impor gula oleh Kementerian Perdagangan telah melakukan pembelian gula sewaktu harga tinggi di Januari lalu. Ambil contoh, PT. Perkebunan Nusantara (PTPN) XI yang mendapatkan kontrak pembelian gula dari Kwee Gee dengan harga US$ 775 per ton.
Begitu juga dengan PTPN X yang mendapatkan kontrak gula dengan Kwee Gee sebanyak 94,500 ton dengan harga US$ 776 per ton. Sedangkan PT RNI melakukan pemeblian gula sebanyak 36.000 ton kepada Louise Dreyfus dan Wee Tiongdengan harga US$ 769,95 per ton.
Dari 183.500 ton total komitmen kontrak gula untuk BUMN tanggal 12 Januari itu baru 10.000 ton saja yang sudah bersandar di pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya. “Gula itu belum banyak berdatangan, tetapi harga gula dunianya sudah turun,” kata Colosewoko.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News