kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga kopra melesat


Senin, 06 Juni 2011 / 08:40 WIB
ILUSTRASI. Hati-hati! Ini yang terjadi jika virus Corona menginfeksi paru-paru. ANTARA FOTO/FB Anggoro/nz.


Reporter: Herlina KD | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Anomali iklim masih mengganggu produksi sejumlah komoditas, tidak terkecuali kopra. Akibat produksi yang terbatas, harga kopra pun terkerek.

Amrizal Idroes, Market Development Officer Asian and Pasific Coconut Community (APCC) mengemukakan, harga kopra di pasar internasional kini sudah US$ 1.950 - US$ 2.100 per ton. Padahal, Maret 2011 lalu harga kopra di pasar internasional masih sekitar US$ 1.800 per ton. Artinya, dalam dua bulan saja harga kopra sudah terdongkrak sekitar 16,6%.

"Pasokan kopra yang terbatas membuat harga terdorong," jelas Amrizal kepada KONTAN akhir pekan lalu.

Kenaikan harga kopra di pasar internasional ini lantas mengerek harga kopra di dalam negeri. Tengok saja harga kopra di tingkat pedagang pengumpul yang sudah mencapai Rp 9.500 hingga Rp 10.000 per kilogram (kg). Harga ini sudah naik sekitar 44% ketimbang harganya dua bulan lalu yang masih sekitar Rp 6.500 hingga Rp 7.000 per kg.

Selain produksi yang merosot, kenaikan harga kelapa juga disebabkan karena pertumbuhan permintaan. "Permintaan kopra untuk industri domestik dan kebutuhan kelapa bulat untuk ekspor juga naik," kata Amrizal.

Benar saja, berdasarkan data Badan Pusat Statistik, ekspor kopra pada April 2011 tercatat sebanyak 58.164 ton. Jumlah ini melesat 345,9% dibanding ekspor kopra Maret 2011 yang sebesar 13.042 ton. Dus, sepanjang Januari-April 2011 ekspor kopra sebanyak 112.417 ton.

Permintaan produk olahan kelapa setiap tahun juga terus mengalami kenaikan. Salahsatunya permintaan kelapa parut kering yang saban tahun tumbuh 2%-3%. Permintaan yang lebih tinggi datang dari produsen bubuk santan yang bisa tumbuh 5%-7% per tahun.

Tahun lalu, produksi minyak kelapa nasional mencapai 1,1 juta ton. Sementara produksi kelapa parut kering yang lazim dipakai untuk bahan baku biskuit menembus 50.000 ton. Adapun produksi bubuk santan sekitar 68.571 ton.

Banyak tanaman tua

Menurut Amrizal, penyusutan produksi kelapa nasional tahun ini terutama diakibatkan curah hujan yang tinggi. Memang, produksi kelapa tahun ini sangat tergantung pada tingkat curah hujan 1,5 tahun sebelumnya. Nah, sejak tahun lalu curah hujan di Indonesia cukup tinggi. Walhasil, banyak pohon kelapa yang gagal berbuah.

Dalam hitungan APCC, produksi kelapa nasional tahun 2011 hanya 3,45 juta ton setara kopra. Padahal, tahun lalu produksi kelapa nasional diperkirakan mencapai 3,5 juta ton-3,7 juta ton setara kopra. Artinya, produksi tahun ini melorot sekitar 6,7%.

Bahkan, Kementerian Pertanian (Kemtan) memprediksi produksi kopra jauh lebih rendah daripada perkiraan APCC. Kemtan meramalkan, produksi kelapa nasional tahun ini hanya mencapai 3,29 juta ton. Target ini naik tipis, 0,9% ketimbang produksi tahun 2010 yang sebanyak 3,26 juta ton setara kopra.

Produksi kelapa berasal dari lahan kebun kelapa seluas 3,8 juta hektare (ha). Areal tanam ini tersebar di sentra produksi kelapa Riau, Jambi, Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Jawa Barat, Jawa Timur, Banten, dan Maluku.

Melorotnya produksi kelapa nasional juga disebabkan banyaknya pohon kelapa yang tua. "Dari sekitar 3,8 juta ha area tanam pohon kelapa, sekitar 30% perlu diremajakan karena sudah tua," katanya.

Idealnya, tanaman kelapa bisa berproduksi hingga tanaman berumur 60 tahun. Bahkan, jika berada di lahan yang bagus, tanaman kelapa bisa berproduksi dengan baik hingga berusia 70 tahun.

Sedangkan untuk kelapa jenis hibrida, usai produktifnya lebih pendek, yakni hanya sampai 50 tahun-55 tahun. Wajar saja, tanaman kelapa hibrida memang memiliki tingkat produktivitas 5 ton per ha. Tingkat produktivitas ini lebih tinggi daripada jenis kelapa biasa yang hanya bisa menghasilkan 1 ton per ha.

Direktur Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian Gamal Nasir pernah menjelaskan, rata-rata tingkat produktivitas tanaman kelapa saat ini memang rendah karena banyak tanaman berusia 20 tahun ke atas. Karena itu, kementeriannya mendorong peremajaan pohon kelapa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×