Reporter: Sabrina Rhamadanty | Editor: Tri Sulistiowati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mengungkap bahwa harga listrik yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) cukup kompetitif jika dibandingkan dengan harga listrik yang berasal dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).
Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM sekaligus PLT Sekjen Dewan Energi Nasional (DEN) Dadan Kusdiana harga yang kompetitif itu bisa didapatkan setelah melalui proses pembangunan PLTN.
"Secara ekonomi, ini juga baik dalam konteks bahwa PLTN itu kompetitif dari sisi harga, sangat kompetitif bersaing dengan yang selama ini kita gunakan PLTU di dalam negeri," ungkap Dadan dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan komisi XII DPR RI, Rabu (30/4).
Anggapan mengenai PLTN yang mahal berada pada investasi pembangunannya, namun menurut Dadan harga listrik per kWh (kilowatt hour) bersaing dengan harga listrik yang dihasilkan PLTU.
Baca Juga: PLTN akan Menggantikan Pembangkit Berbasis Gas
"Selama ini kan dianggap bahwa PLTN itu mahal, PLTN itu mahal pada saat membangun," tambahnya.
Dalam pertimbangannya, pembangunan PLTN masuk sebagai salah satu pilihan dalam penyeimbang ketenagalistrikan berbasis baseload dengan kapasitas besar.
"Dengan tingkat pemakaiannya itu diatas 90% atau secara statistik bisa mencapai 91-92% terhadap kapasitasnya sendiri, beroperasi selama 24 jam non stop," jelas Dadan.
Namun, Dadan mengakui bahwa Indonesia perlu mencari pendanaan terkait pengembangan PLTN kedepan.
"Jadi kalau kita nanti mempunyai inisiatif, mempunyai rencana, dan yang paling penting adalah bagaimana kita mendapatkan pendanaannya,” ujarnya.
Sebagai tambahan, dalam Rancangan Peraturan Pemerintah tentang Kebijakan Energi Nasional (RPP KEN) yang terbaru, tenaga nuklir bukan lagi masuk dalam opsi terakhir dalam energi eksisting.
"Jadi jelas, ini tingkatannya sama dengan energi terbarukan dan energi baru yang lain," ungkapnya.
Adapun, dalam RPP KEN, pengembangan PLTN ditargetkan bisa mencapai kapasitas 250 Megawatt (MW) sampai 2030 nanti. Kemudian, diproyeksikan meningkat secara signifikan ke angka 45-54 Gigawatt (GW) pada 2060.
Baca Juga: Pemerintah Menyiapkan PLTN dan PLTP
Selanjutnya: Penghapusan Utang Belum Sentuh 1 Juta UMKM, Menteri Maman Beberkan Sebabnya
Menarik Dibaca: G-Shock Indonesia Libatkan Rizky Ridho dalam Kampanye
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News