Reporter: Amalia Nur Fitri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Persebaran mobil listrik bekas semakin mudah ditemui dengan banderol harga yang jauh lebih rendah dibandingkan keluaran baru.
Sebagaimana yang diberitakan Kompas.com, tren berkembangnya segmen mobil listrik di Indonesia berkembang sejak 2020 dengan segelintir unit dan model. Namun memasuki 2024, semakin banyak model dan opsi yang dapat dipertimbangkan karena persebaran mobil listrik semakin banyak pula.
Mobil listrik Wuling Air EV bekas contohnya, dibanderol mulai dari Rp 130 juta. Lalu Nissan Leaf bekas mulai dari Rp 550 juta dan Hyundai Ioniq Electric bekas dibanderol mulai dari Rp 420 juta.
Pengamat Otomotif, Bebin Djuana mengatakan anjloknya harga mobil listrik terjadi karena memang adanya hukum pasar, yaitu masih rendahnya jumlah peminat mobil listrik dan unit mobil listrik tidak banyak diproduksi atau ditemui di jalan.
Baca Juga: Produsen Mobil Chery Melihat Pasar Industri Otomotif Indonesia Miliki Potensi Besar
"Tidak perlu heran harga mobil listrik second anjlok. Ketika populasi masih rendah maka harga mobil listrik second akan tergantung pada hukum pasar (supply-demand). Hal seperti ini juga dialami oleh mobil-mobil yang kurang populer, yang jumlahnya tidak banyak di jalan dan peminat terbatas," jelas Bebin kepada Kontan, Minggu (7/1).
Ia melanjutkan, hal ini diperparah dengan adanya keraguan masyarakat tentang masa kerja baterai listrik serta kekhawatiran kemahalan harga.
"Saya pikir, hal ini wajar karena masyarakat dihadapkan dengan produk baru (BEV) dan tidak tahu apa yang akan terjadi pada tahun pertama, kedua dan seterusnya, pada mobil listrik tersebut," imbuhnya.
Untuk mengatasinya, Bebin menilai, dibutuhkan waktu supaya masyarakat mampu melihat kehandalan mobil listrik serta naiknya tingkat produksi masing-masing model mobil listrik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News