Reporter: Agustinus Beo Da Costa | Editor: Azis Husaini
JAKARTA. Ada yang aneh dengan penetapan harga penawaran tender Lapangan Senipah yang telah diumumkan Satuan Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) pada Rabu (21/8). Harga Trigura, pemenang tender Senipah sangat tinggi ketimbang harga yang dimenangkan Kernel Oil tahun 2012 silam.
SKK Migas, Rabu 21 Agustus lalu telah menetapkan perusahaan trader minyak dari Singapura Trafigura Pte Ltd sebagai pemenang tender kondensat sebesar 400.000 barel-500.000 barel dengan harga penawaran US$ 2,30 plus harga Indonesian Crude Price (ICP).
Berkaca pada data yang diperoleh KONTAN dari hasil riset Indonesia Coruption Watch (ICW), Kernel Oil, perusahaan yang diduga menyuap mantan Kepala SKK Migas Rudi Rubiandini sebesar US$ 700.000 itu pernah memenangkan tender di SKK Migas untuk penjualan kondensat Senipah sebesar 150.000 barel sampai 300.000 barel untuk pengiriman Mei 2012 dengan harga ICP plus harga US$ 1 per barel.
Koordinator Divisi Monitoring dan Analisis Anggaran ICW Firdaus Ilyas mengatakan, ada kemungkinan harga penawaran yang diajukan oleh Kernel Oil untuk membeli kondensat Senipah tahun lalu lebih rendah dari tren harga di pasar dan bukan merupakan harga penawaran yang tertinggi. "Dari sana, kemudian permainan suap dilakukan supaya menang tender," ujarnya.
Kata Firdaus, untuk membuktikan dugaan itu, perlu dibuka secara utuh berapa sebenarnya harga premium yang ditawarkan oleh trader-trader lain saat Kernel Oil memenangkan tender pada tahun 2012 lalu dan tahun-tahun sebelumnya. Lalu apakah harga premium yang ditawarkan oleh Kernel Oil tersebut sudah merupakan harga tertinggi.
Menanggapi hal itu, Sekretaris SKK Migas Gde Pradnyana mengatakan, sulit untuk membandingkan antara harga kondensat Senipah pada tahun 2012 yang dimenangkan oleh Kernel Oil dengan harga Kondensat Senipah yang dimenangkan oleh Trafigura. "Karena harga minyak berfluktuasi setiap hari, bahkan setiap jam," ungkap dia.
Modus menjegal
Pengamat Minyak dan Gas Bumi Nasional John Karamoy menambahkan, sangat sulit bagi pejabat tertentu untuk melakukan intervensi dalam penentuan pemenang tender yang melibatkan banyak orang dalam satu tim.
Apalagi, dalam rapat penentuan pemenang tender, harga premium yang ditawarkan oleh setiap perusahaan tentu saja disampaikan secara terbuka. "Tidak mungkin dalam pertemuan atau rapat, ada perusahaan yang menawarkan harga premium US$ 2,30, lalu pimpinan mengatakan perusahaan yang menawar US$ 2,30 itu harus kalah. Tidak mungkin," ujar dia.
Hanya saja, cara menyingkirkan penawar tertinggi bisa saja terjadi. Misalnya, ketika peserta tender hendak mengirimkan proposal penawaran, mesin faximile dirusak sehingga peserta lain yang hendak mengirimkan penawaran tidak diterima tim. Nanti, tim tender akan beralasan bahwa mereka tidak pernah menerima proposal penawaran dan otomatis peserta gugur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News