kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Harga rempah sedang turun tapi masih ada peluang dari ekspor


Minggu, 16 September 2018 / 16:56 WIB
Harga rempah sedang turun tapi masih ada peluang dari ekspor
ILUSTRASI. Budidaya Lada Hitam


Reporter: Tane Hadiyantono | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Harga komoditas rempah menurun di tengah tingginya produksi dalam negeri dan luar negeri. Namun pasar ekspor masih menjanjikan apalagi dalam keadaan rupiah yang sedang melemah.

Direktur Tanaman Semusim dan Rempah Kementerian Pertanian Agus Wahyudi menyampaikan, untuk saat ini harga rempah sedang turun. Harga lada hitam dari sentra produksi Lampung dihargai Rp 35.000 - Rp 40.000 per kilogram, sedangkan harga lada putih dari Bangka Belitung sebesar Rp 50.000 - Rp 60.000 per kg. Menurut Agus, harga lada turun karena baru selesai masa panen dan produksi massif dari Vientam yang menyebabkan harga lokal dan internasional menjadi turun.

Sedangkan harga pala naik tipis di kisaran Rp 75.000 - Rp 90.000 per kg, kemudian harga cengkeh stabil di Rp 95.000 - Rp 100.000 per kg.

Asal tahu pada pemberitaan Kontan pada Juli 2018 lalu, harga lada dilaporkan berada di kisaran Rp 100.000 - Rp 150.000 per kg, harga pala stabil Rp 70.000 - Rp 90.000 per kg dan harga cengkih di Rp 100.000 per kg.

"Harga lada turun karena siklus komoditas, produksi vietnam besar dan stok dunia besar, cengkih sedang mendekati panen raya yang baik karena sekarang cuaca kering dan pala akan panen besar di musim jelang hujan," kata Agus saat dihubungi Kontan.co.id, Jumat (14/9).

Agus melanjutkan, walau harga sedang relatif turun tapi kondisi rupiah yang melemah terhadap dollar AS memberi kesempatan baik bagi pedagang dan petani rempah. Pasalnya banyak rempah Indonesia yang diperuntukan ekspor, terutama untuk pala dan lada. Sedangkan cengkih seluruhnya masih diserap kebutuhan dalam negeri.

Menanggapi hal tersebut, Ketua Umum Dewan Rempah Indonesia Gamal Nasir menyatakan, momentum dollar yang mahal ini bisa dinikmati petani dan pedagang hanya bila kualitas rempah yang diperdagangkan baik. Tapi sayangnya kualitas rempah Indonesia masih terkendala dan perlu ditingkatkan lagi sebelum benar-benar bisa menikmati potensi ekspor yang sesungguhnya.

"Saat harga dollar ini naik, ini harusnya bisa jadi momentum petani tingkatkan harga, tapi karena produksi dan kualitas turun kurang bagus, jadi tidak berdampak apa-apa," kata Gamal. Padahal, permintaan global terutama dari Eropa dan Amerika terhadap rempah-rempah Asia masih besar dan menjadi pasar yang tidak pernah habis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP) Negosiasi & Mediasi Penagihan yang Efektif Guna Menangani Kredit / Piutang Macet

[X]
×