kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Harga residensial di Balikpapan naik 20% per tahun


Senin, 14 Mei 2012 / 11:55 WIB
Harga residensial di Balikpapan naik 20% per tahun
ILUSTRASI. Hingga Rabu (5/5) ada tambahan 5.285 kasus baru Sehingga total menjadi 1.691.658 kasus positif corona.


Reporter: Teddy Gumilar | Editor: Cipta Wahyana

JAKARTA. Jika Anda tertarik untuk berinvestasi properti di luar pulau Jawa, Balikpapan layak Anda pertimbangkan. Indikatornya sederhana saja. Perusahaan-perusahaan nasional dan multinasional semakin menjamur di kota minyak itu.

Keberadaan sumber daya minyak membuat gergasi minyak dan gas, seperti Chevron, Total, dan Pertamina berkantor di sana. Banyak perusahaan perkebunan kelapa sawit dan tambang batubara juga lebih memilih berkantor di Banua Patra, julukan Balikpapan. Tak hanya itu. Perusahaan pelat merah besar, seperti PT Telkom dan PT PLN, juga memilih membuka kantor wilayah di sini, bukan di Samarinda, ibukota provinsi Kalimantan Timur.

Pembangunan bandar udara internasional Sepinggan saat ini juga menunjukkan, tingkat ekonomi masyarakat Balikpapan dan Kalimantan Timur, pada umumnya, meningkat. "Rencana pembangunan jalan tol ruas Balikpapan - Samarinda juga menjadi pemicu pertumbuhan properti di Kalimantan Timur dan mendongkrak harga jual rumah di kedua kota tersebut," tutur Wijanarko Yuwono, Sekretaris Perusahaan PT Wika Realty.

Pengembang berbagi segmen

Saat ini, ada banyak proyek pembangunan kawasan perumahan, area niaga, mal, dan hotel berbintang baru di Balikpapan. Tak hanya pemain lokal, pengembang nasional pun ikut berebut kue properti di sini. Sebut saja Grup Ciputra, Grup Sinar Mas, dan Wika Realty, di antaranya.

Khusus untuk hunian, permintaan tidak cuma datang dari pengguna (end user). Menurut Direktur PT Ciputra Property Tbk Bing Sugiarto Chandra, masyarakat Balikpapan cukup paham dan mengikuti tren investasi, termasuk properti. Kendati tidak mempunyai data pasti soal minat investasi residensial di Balikpapan, Bing menunjuk nilai penjualan Citra Bukit Indah, proyek residensial Ciputra di Balikpapan, sebagai indikatornya. "Minatnya cukup besar, tampak dari besarnya penjualan rumah di proyek kami. Pada 2011, kami berhasil mencapai penjualan di atas
Rp 100 miliar," ujar Bing.

Jelas, potensi pertumbuhan harga properti menjadi salah satu daya tariknya. Menurut Wijanarko, kenaikan harga jual rumah di Balikpapan bisa mencapai 20% per tahun. Adapun, untuk tarif sewa, Member Broker Era Balikpapan Yan Primadi menyebut, pertumbuhannya kurang dari 10% per tahun.

Saat ini, stok residensial baru di Balikpapan menawarkan banyak pilihan. Pasar hunian kelas menengah ke atas didominasi oleh pengembang nasional. Ciputra, misalnya, menawarkan kluster baru, Rose Avenue, di Perumahan Citra Bukit Indah. Total ada sekitar 35 unit dengan tiga tipe seharga Rp 1,5 miliar - Rp 3 miliar per unit. Sementara, Wika Realty menawarkan unit residensial di Tamansari Bukit Mutiara dengan harga mulai dari Rp 300 juta - Rp 1 miliar.

Sedangkan, di pasar perumahan kelas menengah, kebanyakan pasokan berasal dari pengembang lokal. Direktur Utama PT Melati Anugerah Jaya (MAJ) Johannes Harianja bilang, akhir tahun ini, Melati akan memasarkan proyek perumahan Bukit Manggar Indah dengan konsep kluster. Di atas lahan sekitar 31 hektare (ha), perumahan ini akan menawarkan sekitar 1.500 unit rumah dengan harga mulai dari Rp 260 juta. "Kami menyiapkan hunian menengah dengan fasilitas yang bersaing dan cukup lengkap, seperti sarana bermain, sarana wisata mini, pusat pertokoan, serta sport center," ujar Johannes berpromosi.

Sayang, geliat properti di Balikpapan belum ditunjang dengan pasokan listrik yang memadai. Fakta Kalimantan sebagai penghasil batubara terbesar di Indonesia tidak mampu menepis krisis listrik di sini. "Masalah utama di Balikpapan ini susah listrik. Kadang ambil rumah baru, tidak tahu kapan ada listriknya," keluh Yan.
Untuk mendapatkan aliran listrik, masyarakat harus mengantri lebih dari tiga bulan.

Sudah begitu, realisasi daya yang diminta kerap tidak sesuai. Kerap terjadi, setelah tiga bulan menanti, PLN hanya memasang listrik berdaya 900 watt. Padahal, permintaannya sebesar 1.300 watt. Setelah beberapa lama kemudian, barulah PLN menaikkan dayanya.

Tak heran, para pengembang perumahan segmen menengah atas akhirnya mengandalkan listrik mandiri. Mereka mengakalinya dengan mengoperasikan genset sebagai sumber listrik perumahan yang mereka bangun. Konsekuensinya, biaya membengkak karena bahan bakar genset tersebut dibeli dengan harga industri.

Sumber: Edisi Khusus KONTAN Edisi Mei 2012

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×