Reporter: Ridwan Nanda Mulyana | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Tahun ini, PT Harum Energi Tbk membidik target produksi batubara yang tak jauh beda dari tahun lalu. Perusahaan berkode emiten HRUM ini mengincar produksi sekitar 5 juta ton, naik tipis dari target tahun lalu yang ada di angka 4,8 juta ton.
Direktur Utama Harum Energy, Ray Antonio Gunara mengatakan, target tersebut merupakan konsolidasi bersama anak usaha. Ia bilang, untuk menentukan volume produksi batubara, pihaknya masih akan mempertimbangkan kondisi pasar, khususnya harga yang terus berfluktuasi dengan tren yang mengalami penurunan.
"Jadi kita mesti lihat kondisi pasar, karena tingkat produksi sangat dipengaruhi itu. Kalau kondisinya baik kita up, kalau melemah terus ya kita cut, kita review lagi," terang Ray saat ditemui selepas Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa di Jakarta, Jum'at (18/1).
Ray masih enggan memberikan detail angka terkait realisasi produksi pada tahun lalu. Namun, ia mengatakan, produksi tahun lalu masih di bawah target. Menurut Ray, hal itu dikarenakan dua tambang baru Harum Energi melalui anak usahanya, yakni PT Karya Usaha Pertiwi (KUP) dan PT Santan Batubara (SB) telat melakukan produksi yang semula ditargetkan pada Kuartal II.
"Sedikit di bawah target karena dua tambang baru kita yang KUP dan SB agak telat mulainya," jelas Ray. Kendati demikian, Harum Energi berhasil menjual 5 juta ton batubara sepanjang tahun lalu. Sebab, Harum Energi mendapatkan tambahan batubara dari pembelian dengan pihak ketiga.
"(Penjualan) sekitar 5 juta ton, kita blending, beli dari pihak ketiga," ungkapnya. Pada tahun ini, Harum Energi mematok target penjualan yang sama, sekitar 5 juta ton. Hal ini karena Harum Energi tak akan agresif dalam mengembangkan pasar.
"(Pasar) nggak beda, yang terbesar masih Malaysia, Korea Selatan, China," ujar Ray. Ia juga menerangkan, hampir semua penjualan Harum Energi ditujukan untuk pasar ekspor, sehingga sulit untuk memenuhi kewajiban 25% pasokan dalam negeri atau Domestic Market Obligation (DMO). Alhasil, pada tahun lalu Harum Energi mesti melakukan transfer kuota supaya tetap bisa memenuhi DMO.
Hanya saja, Ray enggan menyebut kepada perusahaan mana saja Harum Energi membeli kuota. "Kita sesuai aturan, kurangnya kita beli kuota (kepada) banyak pihak, nggak cuman satu," imbuhnya. Adapun, selama tahun ini, Ray mengatakan Harum Energi belum merencanakan untuk melakukan akuisisi tambang baru atau aksi korporasi lainnya. "Belum ada rencana," katanya.
Yang jelas, Ray mengatakan Harum Energi akan membeli kembali saham (buyback) sebanyak 4,93% yang akan disimpan sebagai modal saham diperoleh kembali (treasury stock). "Kenapa 4,93%? karena buyback yang pertama dulu 5,07%, maksimumnya kan cuman boleh buayback 10%, sesuai peraturan," ungkapnya.
Buyback ini pun dimaksudkan untuk dapat menurunkan biaya modal serta meningkatkan Earnings Per Share (EPS) dan Return on Equility (ROE) secara berlenjutan.
Sebagai informasi, hingga 30 September 2018, kepemilikan saham terbesar di HRUM dikuasai PT Karunia Bara Perkasa sebanyak 74,05%, dan saham yang dimiliki publik 20,76%. HRUM telah memiliki treaury stock dari buyback sebelumnya sebesar 5,07% dan sisanya dimiliki PT Bara Sejahtera Abadi dan dewan komisaris.
Dana yang diperlukan untuk tujuan buyback dari akun saldo laba per 31 Desember 2018 yang disisihkan sebanyak banyaknya US$ 16,2 juta atau Rp 236,52 miliar dengan kurs Rp 14.600.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News