Reporter: Agung Hidayat | Editor: Rizki Caturini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri mebel dalam negeri harus berusaha lebih keras agar bisa meningkatkan ekspor di tahun mendatang. Ekspor mebel tahun 2019 ditargetkan mencapai US$ 5 miliar.
Abdul Sobur, Sekretaris Jenderal Himpunan Industri Mebel dan Kerajinan (Himki) mengatakan, sepanjang 2017 pertumbuhan ekspor masih belum meningkat tinggi. Situasi ini tak lepas pula dari melemahnya beberapa sektor industri di tahun tersebut.
Meski data Badan Pusat Statistik (BPS) belum mengeluarkan data resmi nilai transaksi ekspor mebel dan kerajinan, namun internal Himki telah mencatat masih ada pertumbuhan. "Untuk mebel hanya tumbuh 6%-7% dibandingkan tahun sebelumnya," ujar Abdul Sobur, Rabu (10/1).
Himki mencatat nilai ekspor mebel di 2017 senilai US$ 1,68 miliar sedangkan ekspor kerajinan senilai US$ 820 juta. "Sehingga jika dikombinasikan pertumbuhan ekspor mebel dan kerajinan di 2017 sekitar 4%-5%," urai Sobur.
Ke depannya industri mebel dan kerajinan kayu bakal mendapatkan tantangan dari dalam negeri, seperti wacana untuk membuka ekspor kayu Indonesia. Menanggapi hal ini Sobur mengatakan bahwa 65% produk mebel Indonesia bermaterial kayu.
Kalau ada wacana dari misalnya Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), maka pemerintah bisa dibilang tidak memahami UU industri No. 3 tahun 2014 soal hilirisasi, industri harus menghasilkan added value atau punya nilai tambah. "Bukan lagi sekadar jual bahan baku," ungkap Sobur.
Selain itu, industri mebel menghadapi persaingan yang cukup ketat di dalam negeri. Saat ini produk mebel ekspor hampir menguasai pangsa pasar 50% di Indonesia. Oleh karenanya, Himki berharap perhatian pemerintah serius dalam mendorong industri ini. Beberapa usulan Himki kepada pemerintah meliputi soal pendidikan keterampilan ketenagakerjaan, teknologi produksi dan bunga bank pinjaman bank yang bersahabat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
