Reporter: Muhammad Yazid | Editor: Azis Husaini
JAKARTA. Himpunan Wiraswasta Nasional Minyak dan Gas Bumi (Hiswana Migas) menyatakan siap untuk melaksanakan program pemerintah terkait kebijakan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Meski begitu, kumpulan pengusaha pengelola stasiun pengisian bahan bakar umum (SPBU) tersebut meminta margin keuntungan yang lebih tinggi, yakni sekitar Rp 500 per liter.
Eri Purnomohasi, Ketua Umum DPP Hiswana Migas mengatakan, pihaknya telah melakukan koordinasi dengan seluruh pengurus daerah untuk persiapan kenaikan BBM bersubsidi dengan dua versi harga ini. "Secara prinsip, kami siap. Kalau teknis di lapangannya bisa dilakukan, akan kami lakukan," kata dia, Minggu (28/4).
Ia mengaku, saat ini laba yang diperoleh pengusaha tidaklah terlalu besar lantaran margin keuntungan dalam menjual premium ataupun solar sangat kecil, yakni sebesar Rp 180 hingga Rp 200 per liter. Karena itu, pihaknya berharap akan ada insentif bagi Hiswana berupa kenaikan margin keuntungan.
Eri bilang, sejauh ini angka pasti margin yang diharapkan pihaknya masih dalam kajian internal, dan nantinya akan diusulkan ke Pertamina dan Badan Pengatur Hilir Minyak dan Gas Bumi (BPH Migas). Selanjutkan, akan ditetapkan oleh DPR RI. "Kami sih inginnya hingga Rp 500 per liter," ujar dia.
Eri mengatakan, kenaikan margin ini nantinya akan berlaku baik untuk SPBU khusus kendaraan bermotor dan mobil plat kuning maupun ke SPBU plat hitam. Namun, dia juga akan mengusulkan adanya perbedaan margin antara kedua jenis tersebut.
Ia menambahkan, SPBU mana yang akan memperoleh margin besar masih dalam kajian pihaknya. "Kami belum dapat memastikan adanya perubahan harga ini akan mempengaruhi omzet atau tidak. Sebab, besar kecilnya pendapatan SPBU itu juga tergantung dengan lokasi dan frekuensi lalu lalang kendaraan," ujar dia.
Selain itu, Hiswana juga telah melakukan pendataan SPBU mana saja yang berhak menjual BBM subsidi Rp 4.500 per liter, dan stasiun mana saja yang akan menjual premium dan solar dengan harga Rp 6.000 hingga Rp 6.500 per liter.
Eri mengatakan, berdasarkan koordinasi dengan seluruh anggota di Tanah Air, dari 5.000 unit SPBU sekitar 55% atau sekitar 2.750 stasiun akan ditugaskan untuk melayani distribusi BBM subsidi dengan subsidi penuh seharga Rp 4.500 per liter. Sedangkan sisanya akan menjual BBM subsidi dengan harga baru.
Ali Mundakir, Vice President Communications Pertamina mengatakan, kenaikan margin keuntungan sejatinya hanya diberikan untuk SPBU yang harga BBM subsidi telah naik. Sebab, pengelola SPBU tersebut perlu insentif tambahan lantaran modal kerja untuk pembelian BBM subdisi jauh lebih besar.
Selain itu, pendapatan pengusaha juga diperkirakan bisa menyusut lantaran lebarnya disparitas antara BBM subsidi Rp 4.500 per liter dibandingakn dengan bahan bakar harga yang baru. "Untuk SPBU yang harga BBM subsidi tetap, saya rasa itu tidak perlu ada kenaikan margin dulu," kata Ali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News