kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.326.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

IESE 2017 pertemukan 200 pelaku e-commerce


Selasa, 09 Mei 2017 / 17:07 WIB
IESE 2017 pertemukan 200 pelaku e-commerce


Reporter: Tantyo Prasetya | Editor: Dupla Kartini

TANGERANG. Indonesian e-Commerce Association (idEA) bersama Dyandra Promosindo kembali menggelar Indonesia e-Commerce Summit & Expo (IESE) 2017. Ajang bagi para pelaku e-commerce ini diikuti sekitar 200 tenant dengan target pengunjung mencapai 5.000 orang.

IESE digelar di Indonesia Convention Exhibition (ICE), BSD City, Tangerang Selatan pada 9-11 Mei 2017.

Perhelatan IESE ke-2 ini diharapkan menjadi ajang untuk membantu sosialisasi program Peta Jalan E-Dagang Indonesia dan pencapaian target 1.000 technopreneur pada 2020 mendatang.

Menteri Komunikasi dan Informasi Rudiantara menyatakan, pasar e-commerce di Indonesia merupakan masa depan dengan target untuk digital economic di tahun 2020 sebesar US$ 130 miliar atau sebesar 11% dari total GDP.

"Pemerintah saat ini sedang fokus membangun negara ini dengan tema memeratakan ekonomi indonesia. Jadi bagaimana jika ini dikaitkan dengan teknologi, dengan e-commerce," kata Rudiantara dalam sambutannya di Tangerang, Selasa (9/5).

Aulia E. Marinto Ketua Umum Asosiasi E-Commerce Indonesia (idEA) menargetkan, akan ada 1 juta talent untuk lokal merchant di Indonesia. Dia menilai, pasar di wilayah Asia Tenggara juga menjadi magnet bagi perusahaan-perusahaan e-commerce besar untuk bisa masuk.

"Dengan jumlah penduduk yang besar, sektor e-commerce Asia Tenggara, perusahaan raksasa seperti e-Bay dan Alibaba tertarik masuk ke Indonesia. Maka tidak berlebihan tahun 2016 merupakan tahun pembuka dan tahun 2017 tahun utama bagi e-commerce," ujar Aulia dalam sambutannya.

Rudiantara menambahkan, pemerintah kinis fokus untuk memanfaatkan digital economic ke dalam tiga sektor, yaitu sharing economy, pengentasan umkm, dan inklusi keuangan.

Dalam konteks inklusi keuangan, sudah ada bank yang menggunakan inovasi untuk menggunakan nomor ponsel menjadi nomor rekening. Saat ini, masih ada perbankan yang masih terhalang masalah Know Your Customer (KYC) yang masih harus tatap muka.

"Contohnya, dari 3 juta pelanggan baru hanya 2% yang punya akses ke bank atau punya akses ke financial services. Sisanya punya ponsel tapi belum punya rekening di bank," tambah Rudiantara.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×