Reporter: Agung Hidayat | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Produsen material bangunan plastik, PT Impack Pratama Industri Tbk (IMPC) masih memandang positif kinerja bisnisnya sampai akhir tahun ini. Pasalnya permintaan akan material plastik diyakini akan terungkit baik ditingkat ritel maupun proyek.
Meski perseroan tetap menghadapi beberapa tantangan, seperti kondisi penguatan dolar AS akhir-akhir ini dimana sebagian bahan baku dibeli perseroan dalam kurs tersebut. Otomatis bahan baku yang merupakan turunan petrokimia tersebut mengalami kenaikan harga.
Manajemen tak mengelak bahwa hal tersebut bakal mempengaruhi harga produk, namun demikian IMPC belum berencana menaikkan harga dalam waktu dekat. "Kami dalam menaikkan harga produk juga melihat kondisi pasar dan daya beli konsumen," jawab Corporate Secretary perseroan lewat e-mail yang diterima Kontan.co.id, Kamis (19/10).
Lagipula ditengah kenaikan kurs ini, perusahaan juga berusaha melihat peluang dengan memperlebar ekspornya. Manajemen menargetkan porsi ekspor di tahun ini naik menjadi 25% dari total pendapatan bersih.
Adapun pada tahun 2017 kemarin porsi ekspor perseroan masih dikisaran 21% atau senilai Rp 253 miliar. Sedangkan sampai semester-I 2018 ini pendapatan kotor perseroan yang berasal dari ekspor mencapai Rp 175 miliar, atau naik 2 kali lipat dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 87 miliar.
Tampaknya ekspor di tahun ini ditunjang oleh akuisisi IMPC ke beberapa perusahaan di luar negeri. Seperti yang diketahui, IMPC telah mengakuisisi beberapa perusahaan seperti OCI International asal Malaysia dan Alsynite NZ Limited asal New Zealand yang bertindak sebagai distributor produk Impack di ranah global.
Maksimalkan proyek
Meski penjualan di segmen ritel masih mendominasi, namun ranah proyek dinilai perseroan cukup tumbuh signifikan. Sayangnya IMPC enggan memberikan komentar terkait berapa porsi masing-masing segmen.
Jelang tahun politik di 2019, IMPC berharap ada pemicu positif untuk segmen proyek tersebut. "Kami berharap adanya proyek-proyek infrastruktur pemerintah yang sedang berjalan dan masih banyak proyek-proyek swasta untuk pergudangan dan pabrik baru," urai manajemen.
Masuk akhir tahun ini perseroan juga melihat kecenderungan proyek pemerintah dikebut, selain mengincar hal tersebut, perseroan juga bakal menggarap keperluan bangunan industri peternakan. Lebih lanjut IMPC belum dapat membagikan informasi terkait garapan proyek-proyek barunya.
Namun dalam pemberitaan sebelumnya, dikabarkan bahwa IMPC mendapat proyek pemasangan kanopi untuk infrastruktue LRT dan MRT di Jakarta sepanjang 2018 ini. Selain itu perseroan juga mengantongi pemasangan atap bandara Internasional Yogyakarta di Kulon Progo dengan volume 10.320 meter persegi.
Adapun untuk industri peternakan, perseroan sebelumnya pernah memasang material plastik untuk peternakan sapi Greenfield di blitar dengan produk Solarstuff bervolume 19.937 meter persegi dan produk Xlite 72.297 meter persegi. Berat atap PVC (Polyvinyl Chloride) tersebut mencapai 150 ton.
Sampai dengan paruh pertama tahun ini, perseroan membukukan kenaikan pendapatan bersih 18% year on year (yoy) menjadi Rp 621 miliar. Beban pokok penjualan perusahaan terkerek naik 26% yoy menjadi Rp 437 miliar, sehingga laba kotor hanya tumbuh 3,3% yoy Rp 184 miliar.
Meski laba kotor masih naik, perseroan menanggung beban usaha dan administrasi yang naik hampir 28%, sehingga laba bersih IMPC tergerus 15% dari Rp 37,4 miliar di semester-I 2017 menjadi Rp 31,7 miliar di semester I 2018.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News