kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Impor sapi indukan kurang, ancam swasembada daging


Senin, 02 Mei 2016 / 17:00 WIB
Impor sapi indukan kurang, ancam swasembada daging


Reporter: Noverius Laoli | Editor: Dikky Setiawan

JAKARTA. Keputusan Kementerian Pertanian (Kemtan) memangkas 50% target impor sapi indukan akan berdampak pada swasembada sapi. Sebab, hingga saat ini, belum ada gerakan masif yang dilakukan Kemtan untuk mencapai swasembada daging. 

Pada masa awal jabatannya, Menteri Pertanian Andi Amran Sulaiman sempat berjanji akan mencapai swasembada daging dalam tiga tahun. Bahkan, Amran berjanji akan mundur bila target itu tidak tercapai. 

Namun belakangan ini, Amran malah tak pernah menyinggung janji tersebut dan mengalihkannya dengan menyebut swasembada protein.

Pemangkasan anggaran Kemtan sebesar Rp 3,8 triliun membuat Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (PKH) menurunkan target impor sapi indukan menjadi 25.000 ekor saja tahun 2016 dari sebelummya 50.000 ekor sapi indukan.

Ketua Umum Perhimpunan Peternak Sapi dan Kerbau Indonesia (PPSKI) Teguh Boediyana mengatakan, penurunan target impor sapi indukan ini berdampak besar pada upaya pemerintah menuju swasembada daging. 

Pasalnya, saat ini, rata-rata pemotongan sapi betina per tahunnya mencapai 1 juta ekor. Kondisi ini berbanding terbalik dengan upaya pemerintah menamba populasi sapi yang volumenya terlalu kecil.

"Impor sapi indukan sebanyak 25.000 ekor itu terlalu kecil untuk menambah populasi sapi di Indonesia," ujar Teguh kepada KONTAN, Senin (2/5).

Teguh menambahkan, dampak terbesar dari minimnya impor sapi indukan ini adalah tidak tercapainya swasembada daging tahun 2019. 

Dia berpegang pada data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2011 yang mencatat populasi sapi mencapai 14,5 juta ekor, kemudian pada tahun 2013, BPS mencatat populasi sapi turun menjadi 12,5 juta ekor. Dari kondisi ini bisa dipatikan populasi sapi dalam negeri saat ini berada di bawah 12 juta ekor.

Sebaliknya, upaya pemerintah mengenjot produksi sapi dalam negeri belum terlihat signifikan. Justru yang terjadi target impor sapi indukan tidak tercapai pada tahun 2015 dari target 22.000 ekor, yang diimpor kurang dari 10.000 ekor. Teguh mengatakan dampak dari minimnya impor sapi indukan akan terasa tiga sampai empat tahun lagi.

Sementara itu, Teguh menilai, pemotongan anggaran impor sapi indukan tidak berdampak pada harga sapi saat ini. Sebab, meskipun didatangkan tahun ini, tapi sapi indukan butuh waktu untuk melahirkan. Selain itu, agar anak sapi indukan ini bisa dipotong, maka butuh waktu rata-rata tiga sampai sempat tahun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×