Reporter: Handoyo | Editor: Dupla Kartini
JAKARTA. Tahun ini, impor tepung tapioka diproyeksi mencapai 600.000 ton hingga 1 juta ton. Impor tersebut dikarenakan kurangnya suplai dari dalam negeri.
Ketua Masyarakat Singkong Indonesia (MSI) Suharyo Husen mengatakan, setiap tahun, kebutuhan tepung tapioka mencapai 8,5 juta ton. "Tapioka kita masih kekurangan banyak," kata Suharyo, Selasa (9/5).
Impor tepung tapioka juga disebabkan perbedaan harga yang cukup besar antara produk impor dan dalam negeri. Saat ini, harga tapioka impor asal Thailand sampai di Jakarta hanya Rp 4.000 per kg, padahal di dalam negeri harganya Rp 5.000 per kg.
Meski tidak merinci, akibat dari kondisi ini beberapa pengusaha tepung tapioka lokal menghentikan produksinya. "Banyak pabrik yang tutup, mulai Oktober tahun lalu sampai dengan Februari," kata Suharyo.
Agar persoalan pasokan dan harga ini dapat terjaga, MSI mendorong pemerintah membuat kebijakan tentang penetapan singkong sebagai komoditas nasional setaraf padi, jagung dan kedelai.
Selain meminta peran pemerintah, MSI juga meminta adanya peran dari pelaku usaha swasta. Bentuknya adalah pengembangan program Klaster Pengembangan Industri Agro Singkong Terpadu yang bermitra dengan petani. Dengan sistem klaster, pihak swasta memiliki peluang besar membuka industri hilir singkong.
Suharyo menambahkan, sistem pertanian di Indonesia masih belum merata. Komoditas pangan masih tumpang tindih lantaran pemanfaatannya tergantung dengan kondisi harga yang menguntungkan bagi petani.
Ketua Komite Tetap Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Pangan Franky Welirang mengatakan, dukungan pemerintah dalam mengembangkan industri pertanian harus lebih digenjot lagi.
Mulai dari penyediaan benih hingga penyerapan. Dari sisi permodalan misalnya, mereka selalu kesulitan lantaran sulit mendapat kredit perbankan. "Padahal petani itu juga pengusaha," kata Franky.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News