Reporter: Yudho Winarto | Editor: Yudho Winarto
JAKARTA. Pengamat ekonomi INDEF Enny Sri Hartati mengatakan audit Petral-PES seharusnya tidak dilakukan menyasar periode tertentu saja. Melainkan harus dilakukan sejak awal Petral berdiri agar tidak dijadikan kepentingan kekuasaan sesaat.
Selain itu, silang pendapat antara Menteri ESDM Sudirman Said dan Dirut Pertamina Dwi Soetjipto terkait kooperatifnya pejabat pertamina menunjukkan konflik dalam tubuh pertamina sendiri.
"Dalam rekomendasi tim RTKM, selalu dikemukakan Petral sarang mafia migas, Petral bubarkan saja. Namun yang paling utama adalah bukan membakar lumbungnya, namun tangkap tikusnya," ujar Enny Sri Hartati, Minggu (15/11).
Menurutnya, Petral-PES sebagai trading arm memiliki banyak fungsi, termasuk bagaimana menyiasati adanya trading internasional, market intelligence. Jika terjadi inefisiensi dalam tubuh petral, bagaimana mungkin adanya praktik koluktif dibiarkan selama bertahun-tahun.
"Terkait audit kordamentha berdasarkan rekomendasi mafia migas hanya satu tahun kurang mengena. Yang kita butuhkan adalah melihat pengelolaan Petral-PES selama dia beroperasi untuk mengetahui secara jelas," terangnya.
Dirinya juga heran dengan rekomendasi Pertamina untuk mengaudit Petral-PES yang hanya menyasar tahun tertentu, bahkan sama dengan audit yang dilakukan BPK sebelumnya.
"Mengapa audit kordamentha tahunnya sama persis yang dilakukan dengan BPK, 2012 hingga 2014. Mengapa tidak langsung dilanjutkan sampai ke ISC-Pertamina hingga ke 2015," terangnya.
Selain itu, pernyataan Dwi Soetjipto yang mengganggu adalah ada pejabat Pertamina yang tidak kooperatif dengan auditor, padahal Dwi Soetjipto sendiri merupakan pertamina. “Artinya dia kepemimpinan dia di Pertamina bisa dipertanyakan," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News