kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45931,36   3,72   0.40%
  • EMAS1.320.000 -0,38%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indef: Penurunan harga BBM harus dilakukan bertahap


Senin, 04 Mei 2020 / 21:18 WIB
Indef: Penurunan harga BBM harus dilakukan bertahap
ILUSTRASI. Petugas SPBU menunggu konsumen di SPBU COCO Pertamina, Kuningan, Jakarta, Rabu (29/4/2020). PT Pertamina (Persero) mencatat selama penerapan Pembatasan Sosial Skala Besar (PSBB), permintaan BBM di kota-kota besar mengalami penurunan di atas 50 persen dan


Reporter: Filemon Agung | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah memastikan tidak bakal menurunkan harga BBM untuk bulan Mei ini sembari menanti perkembangan harga minyak global dan dampak pemangkasan produksi negara-negara OPEC+.

Direktur Eksekutif Institute Development of Economic and Finance (INDEF) Tauhid Ahmad menilai, penurunan harga BBM dapat menjadi insentif ekonomi di tengah kondisi pandemi.

"Saat ini kita lihat konsumsi memang turun, artinya daya beli juga turun, penurunan harga BBM bisa memangkas biaya transportasi dan biaya barang dan jasa sehingga mendorong daya beli masyarakat," jelas Tauhid kepada Kontan.co.id, Senin (4/5).

Baca Juga: Menteri ESDM sebut harga BBM di Indonesia murah di Asean, berikut perbandingannya

Tauhid melanjutkan, pemerintah kini memang dihadapkan pada situasi di mana harus menurunkan harga BBM untuk kepentingan masyarakat atau menahan harga dengan perhitungan kondisi keuangan internal Pertamina.

Menurutnya, penurunan dapat dilakukan secara bertahap hingga kisaran 20%. Langkah ini juga dinilai tepat sehingga ketika harga minyak kembali membaik, kenaikan harga BBM dapat tetap dilakukan.

Apalagi, dengan kondisi Pertamina saat ini, penurunan harga BBM memang cukup sulit jika dilakukan dalam waktu cepat.

Tauhid menambahkan, penurunan harga BBM yang tak kunjung dilakukan besar kemungkinan sebagai dampak kontrak impor yang dibeli dengan asumsi harga minyak pada kisaran normal sebelum pandemi terjadi.

"Jika belum turun, saya melihatnya pemerintah masih galau kalau harganya naik lagi. Sehingga mereka belum berani menurunkan harga sekarang karena hitungannya masih rugi karena mungkin saja dengan kapasitas kilang sudah full sementara distribusi atau supply merosot, kecuali cepat habis sehingga bisa kontrak dengan harga baru," tutur Tauhid.




TERBARU

[X]
×