kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45985,97   -4,40   -0.44%
  • EMAS1.222.000 0,41%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indika Energy (INDY) memacu pengembangan bisnis di berbagai sektor untuk tahun ini


Kamis, 28 Januari 2021 / 18:00 WIB
Indika Energy (INDY) memacu pengembangan bisnis di berbagai sektor untuk tahun ini
ILUSTRASI. Batubara milik PT Indika Energy Tbk (INDY)


Reporter: Dimas Andi | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indika Energy Tbk (INDY) bertekad terus mengembangkan bisnisnya sepanjang tahun ini. Perusahaan ini tak hanya fokus di sektor tambang batubara, melainkan juga di sektor bisnis lainnya.

Head of Corporate Communication Indika Energy Ricky Fernando mengatakan, perusahaan mencoba memanfaatkan momentum kenaikan harga batubara yang sudah mulai terjadi sejak akhir tahun lalu. INDY pun menargetkan produksi batubara sebanyak 31,4 juta ton pada tahun 2021.

Asal tahu saja, angka tersebut sebenarnya lebih rendah dibandingkan target produksi batubara yang dicanangkan pada tahun 2020 silam yang sebesar 33 juta ton.

Pengurangan target produksi INDY disebut Ricky sejalan dengan target produksi batubara nasional yang tidak mengalami perubahan pada tahun ini. “Kami terus mengoptimalkan produksi dan meningkatkan efektivitas kinerja untuk memastikan produksi sesuai dengan target,” ungkap dia, Kamis (28/1).

Baca Juga: Di tahun ini, Indika Energy (INDY) targetkan volume produksi batubara 31,4 juta ton

Manajemen INDY belum bisa menyampaikan data realisasi produksi batu bara hingga akhir tahun lalu. Adapun sampai kuartal III-2020, INDY melalui anak usahanya Kideco Jaya Agung menghasilkan 23,9 juta ton batu bara. Sedangkan produksi batu bara dari tambang Multi Tambangjaya Utama (MUTU) mencapai 1,3 juta ton.

Untuk menunjang bisnis di tahun ini, anggota indeks Kompas100 ini, menyediakan capital expenditure (capex) atau belanja modal sekitar US$ 130 juta. Sebagian besar capex tersebut digunakan untuk kelangsungan bisnis anak usaha INDY, PT Petrosea Tbk (PTRO) sekaligus untuk menjaga kesinambungan operasi anak-anak usaha lainnya.

“Sumber pendanaan kami berasal dari internal kas masing-masing anak perusahaan dan pinjaman bank,” imbuh Ricky.

Lebih lanjut, INDY juga memperlebar sayap bisnisnya melalui proyek tambang emas Awak Mas di Sulawesi Selatan. Di sana, INDY lewat anak usahanya PT Indika Mineral Investindo (IMI) bermitra dengan PT Masmindo Dwi Area. Perusahaan ini merupakan anak usaha Nusantara Resources Ltd yang mengelola tambang emas Awak Mas.

Saat ini, kata Ricky, INDY memiliki 27,75% saham di Nusantara Resources Ltd serta kepemilikan saham secara langsung di Masmindo sebanyak 25%. INDY memiliki opsi untuk meningkatkan kepemilikan sahamnya di Masmindo sampai 40%.

Progres proyek tambang emas Awak Mas sendiri berjalan dengan baik dan sekarang sedang dalam tahap Front End Engineering Design (FEED). Tambang emas ini diperkirakan akan mulai beroperasi secara komersial pada tahun 2022 atau 2023 mendatang. “Proyek ini diperkirakan akan dapat memproduksi sebanyak 100.000 ons emas per tahun,” tutur Ricky.

Sebelum tambang emas, INDY juga telah merealisasikan salah satu diversifikasi bisnisnya yakni pengoperasian terminal penyimpanan Bahan Bakar Minyak (BBM) di Balikpapan, Kalimantan Timur sejak November tahun lalu. Proyek tersebut bernilai sekitar US$ 115 juta.

Baca Juga: Ini deretan faktor yang membuat harga batubara terus membara

Untuk saat ini, tangki penyimpanan BBM INDY diperuntukkan eksklusif bagi ExxonMobil. Ricky belum bisa mengkonfirmasi apakah akan ada pelanggan baru yang menyewa tangki tersebut dalam waktu dekat. Terlepas dari itu, potensi EBITDA yang diperoleh INDY dari bisnis tersebut diprediksi sekitar US$ 15 juta-US$ 18 juta per tahun.

Tak ketinggalan, Ricky juga menyebut, sesuai dengan komitmen perusahaan, INDY akan terus melakukan diversifikasi usaha serta mengeksplorasi sektor-sektor bisnis yang potensial di masa mendatang, termasuk di bidang energi terbarukan.

Mengutip berita sebelumnya, manajemen INDY berharap upaya-upaya diversifikasi tersebut dapat membuat kontribusi pendapatan dari sektor non batu bara meningkat menjadi 50% pada tahun 2025.

Selanjutnya: APBI mengkhawatirkan dampak lonjakan kasus Covid-19 di Indonesia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×