kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesia Dianggap Menguasai 50% Pasar Ekspor Batubara Termal Global


Rabu, 15 November 2023 / 06:50 WIB
Indonesia Dianggap Menguasai 50% Pasar Ekspor Batubara Termal Global
ILUSTRASI. ekspor batubara termal Indonesia hingga Oktober 2023 mencapai 413 juta ton.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi ekspor batubara Indonesia kian meningkat jelang tutup tahun. Mengutip Reuters, merujuk data Kpler, ekspor batubara termal Indonesia hingga Oktober 2023 mencapai 413 juta ton.

Asal tahu saja, realisasi tersebut membuat Indonesia menjadi eksportir batubara terbesar. Lantaran, Indonesia kini menguasai 50% pasar ekspor batubara termal global.

Adapun, sejumlah negara tujuan ekspor batubara Indonesia antara lain China dengan besaran 183 juta ton, India dengan 82 juta ton dan Filipina sebesar 30 juta ton

Data Kpler jauh lebih tinggi ketimbang data pemerintah via Minerba One Data Indonesia (MODI). Merujuk laman MODI ESDM, ekspor batubara Indonesia sampai Oktober 2023 mencapai 323,12 juta ton. Artinya, ada selisih sekitar 89,88 juta ton.

Adapun, untuk tahun ini Indonesia menargetkan ekspor batubara di angka 460 juta ton.

Baca Juga: Tekanan pada Kinerja Emiten Saham Batubara Belum Reda, Simak Rekomendasi Analis

Pengamat Ekonomi Energi UGM Fahmy Radhi mengungkapkan, dengan adanya selisih data realisasi ekspor, maka patut dicurigai terjadi praktik ekspor ilegal batubara.

"Kita dapat menduga selisih tadi merupakan ekspor batubara yang tidak tercatat dan tidak memberikan kontribusi untuk Indonesia," kata Fahmy kepada Kontan, Selasa (14/11).

Fahmy melanjutkan, belajar dari pengalaman komoditas tambang lain yakni nikel, di mana ekspor bijih nikel sempat dilarang namun praktik ekspor ilegal masih terjadi. Dengan demikian, praktik penyelundupan batubara jelas sangat mungkin untuk dilakukan.

Lebih jauh, selisih harga antara pasar global dengan pasar dalam negeri dinilai menjadi salah satu pemicu mengapa praktik ekspor ilegal masih menarik.

Fahmy menambahkan, jika ekspor ilegal berlanjut maka akan ada kekhawatiran pada pemenuhan pasokan batubara dalam negeri untuk kebutuhan pembangkit listrik dan industri pupuk serta semen.

Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto turut mempertanyakan adanya perbedaan data ini.

Baca Juga: Volume Ekspor Naik, Neraca Perdagangan Barang Oktober 2023 Diproyeksi Surplus

"Pemerintah belum menyampaikan perbedaan data ini. Ini menjadi indikasi awal untuk ditelusuri jangan-jangan ekspor ilegal di luar RKAB," tegas Mulyanto ketika dihubungi Kontan, Selasa (14/11).

Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batubara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia mengungkapkan, permintaan ekspor batubara memang menunjukkan peningkatan khususnya dari China dan India.

"Biasanya di kuartal IV jelang musim dingin agak menguat," ungkap Hendra kepada Kontan, Selasa (14/11).

Hendra memastikan, sejauh ini para perusahaan batubara anggota asosiasi tetap berkomitmen memenuhi kewajiban pasok dalam negeri alias Domestic Market Obligation (DMO).

Dalam riset Kontan, kinerja penjualan batubara sejumlah emiten menunjukkan peningkatan. Meski demikian, raihannya tidak begitu signifikan dibandingkan data Kpler atau masih di kisaran 10% hingga 15%.

PT Adaro Energy Indonesia Tbk (ADRO) misalnya, mencatatkan volume penjualan mencapai 49,12 juta ton hingga kuartal III 2023 atau meningkat 11% year on year (YoY). Pada periode sama di tahun 2022, ADRO membukukan penjualan batubara 44,17 juta ton.

Secara khusus, penjualan untuk batubara termal mencapai 46,11 juta ton atau meningkat 9,83% yoy dari 41,98 juta ton di periode sama tahun sebelumnya.

Head of Corporate Communication ADRO Febriati Nadira mengungkapkan, komitmen pemenuhan DMO terus dilakukan perusahaan.

"Indonesia meliputi sekitar 24% penjualan batubara termal pada sembilan bulan pertama 2023," kata Febriati kepada Kontan, Selasa (14/11).

 

Merujuk data ADRO, penjualan batubara termal ke pasar ekspor didominasi pasar Asia Tenggara sebesar 25%, China sebesar 22%, Asia Timur Laut sebesar 18% dan India sebesar 12%.

Direktur & Sekretaris Perusahaan PT Bumi Resources Tbk (BUMI) Dileep Srivastava mengungkapkan, cuaca menjadi salah satu faktor yang mendorong produksi batubara pada tahun ini.

Di tahun ini pun, BUMI menargetkan peningkatan produksi di kisaran 77 juta ton atau meningkat 10% dibandingkan realisasi tahun 2022 yang sebesar 70 juta ton.

Dengan kondisi ini, tidak akan ada banyak perubahan dari sisi penjualan batubara BUMI tahun ini melihat angka produksi yang tidak naik signifikan.

Baca Juga: Harga Komoditas Energi Masih Berpotensi Naik Tipis, Ini Pendorongnya

"Pasar ekspor umumnya Asia, termasuk India dan China. Kami juga akan memenuhi dan melampaui DMO tahun ini," kata Dileep kepada Kontan, Selasa (14/11).

Sementara itu, merujuk laporan PT Bayan Resources Tbk (BYAN), penjualan batubara pada semester I 2023 mencapai 23,8 juta ton atau meningkat dari periode sama di tahun sebelumnya yang sebesar 17,3 juta ton.

Jika dirinci, penjualan batubara BYAN pada semester I 2023 sebanyak 21% untuk memenuhi pasar domestik. Sementara itu, penjualan ke Filipina menjadi yang terbesar yakni 32%, lalu disusul Korea Selatan sebesar 13%, China sebesar 11%, India sebanyak 7% dan Malaysia sebesar 5% lalu negara-negara lain sebesar 11%.

Selanjutnya: Ada Perfect Marriage Revenge, 10 Drama Korea Rating Tertinggi Minggu Kedua November

Menarik Dibaca: Daftar 7 Lagu Populer Coldplay, Hafalkan Sebelum Nonton Konsernya Nanti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×