Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Emiten yang bergerak di bisnis olahan kayu, PT Indonesia Fibreboard Industry Tbk (IFII) berupaya mengoptimalkan segala potensi pasar yang tersedia pada 2023.
Setiawan Tjutju, Direktur Keuangan Indonesia Fibreboard Industry menyampaikan, prospek bisnis olahan kayu pada 2023 diperkirakan akan melambat karena kondisi global yang masih diliputi ketidakpastian. Hal ini berdampak pada produsen-produsen Medium Density Fireboard (MDF) terutama di kawasan Asia, termasuk IFII sendiri.
“Beberapa negara tujuan utama ekspor IFII seperti Jepang telah memperlihatkan perlambatan pertumbuhan permintaan akibat kondisi ekonomi di negaranya,” ungkap Setiawan, Jumat (24/2).
Manajemen IFII pun selalu berusaha mengambil langkah-langkah antisipasi terhadap kondisi ekonomi global setiap tahun. Salah satunya dengan terus menganalisis dampak perubahan kondisi ekonomi tersebut terhadap margin IFII secara keseluruhan.
Perusahaan ini juga berusaha mencari alternatif bahan baku maupun pasar lainnya, hingga menyesuaikan harga jual produk agar komposisi margin tetap terjaga.
Baca Juga: Pabrik Glico Group di Indonesia Bakal Jadi yang Terbesar di Dunia
Terlepas dari kekhawatiran terhadap perekonomian global, pihak IFII optimistis penjualan dan laba bersih perusahaan ini akan mengalami pertumbuhan positif dari tahun sebelumnya.
Mengutip laporan keuangan, penjualan bersih IFII naik 26,74% year on year (YoY) menjadi Rp 641,48 miliar per kuartal III-2022. Di saat yang sama, laba bersih periode berjalan IFII tumbuh 30,8% YoY menjadi Rp 75,55 miliar.
Setiawan menambahkan, IFII selalu berfokus memaksimalkan setiap peluang pasar baik lokal maupun mancanegara. Faktor untuk mendapatkan margin laba yang lebih tinggi turut menjadi pertimbangan penting bagi IFII dalam menentukan alokasi penjualan produk ke pasar ekspor dan lokal.
Secara umum, potensi permintaan produk MDF, veneer, dan plywood yang dihasilkan IFII masih cukup tinggi kendati perekonomian global masih belum stabil. Harga jual produk IFII pun diklaim masih kompetitif dengan pabrik lain di Indonesia maupun negara kompetitor lainnya.
“Kami juga menilai peningkatan proyek gedung dan hunian properti akan memperkuat industri MDF di masa mendatang,” imbuh Setiawan.
Lebih lanjut, nilai capital expenditure (capex) atau belanja modal IFII yang bersifat rutin pada 2023 yakni sekitar Rp 50 miliar. Capex itu dialokasikan untuk pembelian unit ruang kantor baru, sparepart mesin, kendaraan, dan alat berat.
IFII juga menyediakan capex lainnya untuk menambah fasilitas produksi MDF baru yang diperkirakan sekitar Rp 40 miliar. Sumber pendanaan capex IFII pada tahun ini diperoleh dari kas internal perusahaan.
Baca Juga: Industri Manufaktur Ekspansif, Lautan Luas (LTLS) Incar Pendapatan Naik 10% di 2023
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News