kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Indonesian Tobacco (ITIC) berusaha jaga kualitas guna meraih kinerja positif


Minggu, 02 Mei 2021 / 14:59 WIB
Indonesian Tobacco (ITIC) berusaha jaga kualitas guna meraih kinerja positif
ILUSTRASI. Emiten tembakau dan rokok PT Indonesian Tobacco Tbk berencana melepas 29,13% saham dari modal yang disetor penuh atau setara dengan 276,06 juta lembar saham.


Reporter: Dimas Andi | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Indonesian Tobacco Tbk (ITIC) berupaya menjaga kualitas produk yang dimilikinya supaya kinerja perusahaan tersebut tetap stabil sepanjang tahun 2021.

Direktur Utama ITIC Djonny Saksono mengatakan, persaingan industri rokok pada tahun ini pada dasarnya akan semakin ketat dan penuh tantangan. Dalam hal ini, penurunan daya beli masyarakat selama masa pandemi Covid-19 akan memaksa sebagian perokok untuk down shifting atau membeli rokok dengan harga lebih murah.

Walau begitu, ITIC tetap memandang positif lantaran produk rokok yang dihasilkan perusahaan tersebut banyak dikonsumsi oleh masyarakat golongan ekonomi menengah ke bawah. “Permintaan untuk produk kami mengalami peningkatan,” imbuh dia, Sabtu (1/5).

Baca Juga: Solusi Bangun Indonesia (SMCB) jual 3,15 juta ton semen pada kuartal I

ITIC pun terus berusaha menjalankan bisnis secara efisien dan menjaga konsistensi kualitas produk. Hal ini penting agar ITIC bisa menjaga harga jual tidak menjadi mahal dan mampu memberikan nilai tambah yang baik kepada para konsumennya. Dengan begitu, penjualan dan pangsa pasar perusahaan ini tetap terjaga dengan baik.

Dalam catatan Kontan, ITIC menargetkan pertumbuhan penjualan dan laba sebesar 10% (yoy) pada tahun ini.

Adapun pada tahun 2020, ITIC mengalami kenaikan pendapatan sebesar 34,7% (yoy) menjadi Rp 224,3 miliar. Produsen tembakau iris ini juga sanggup membalikkan rugi tahun berjalan yang dicatatkan pada tahun 2019 sebesar Rp 7 miliar menjadi laba sebesar Rp 6,12 miliar di tahun 2020.

Djonny juga mengomentari pemberlakuan rata-rata tarif cukai hasil tembakau (CHT) sebesar 12,5% oleh pemerintah pada tahun 2021. Menurutnya, hal ini tidak memberi dampak negatif mengingat produk ITIC tidak bersaing secara head to head dengan produk rokok jadi. “Produk kami lebih sebagai produk alternatif atau substitusi dari rokok jadi,” tuturnya.

Baca Juga: Laba bersih Solusi Bangun Indonesia (SMCB) tumbuh 128,3% di kuartal I-2021

Lantas, kembali lagi, ITIC berusaha sebaik mungkin dalam menjaga stabilitas harga jual, kualitas produk, hingga pemerataan distribusi. Hal-hal seperti ini yang akan menjadi penentu kinerja penjualan ITIC di masa mendatang.

Selanjutnya: Tak ada proyek baru, Nusantara Almazia (NZIA) fokus tingkatkan penjualan properti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×