kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.959.000   13.000   0,67%
  • USD/IDR 16.396   -17,00   -0,10%
  • IDX 7.520   55,08   0,74%
  • KOMPAS100 1.061   11,76   1,12%
  • LQ45 797   9,20   1,17%
  • ISSI 254   0,55   0,22%
  • IDX30 415   3,59   0,87%
  • IDXHIDIV20 474   3,42   0,73%
  • IDX80 120   1,26   1,06%
  • IDXV30 124   0,83   0,68%
  • IDXQ30 133   1,38   1,05%

Indoritel siap berbisnis serat optik


Jumat, 26 Juni 2015 / 12:37 WIB
Indoritel siap berbisnis serat optik


Reporter: Adisti Dini Indreswari | Editor: Sanny Cicilia

JAKARTA. Niat PT Indoritel Makmur International Tbk (DNET) terjun ke bisnis serat optik semakin mantap. Perusahaan ini sudah mengantongi restu dari pemegang saham untuk menerbitkan saham baru sebagai modal kerja dan investasi bisnis tersebut.

Rencananya, DNET akan menerbitkan saham baru atawa right issue tanpa hak memesan efek terlebih dulu (HMETD) sebanyak 1,418 miliar saham dengan harga Rp 925 per saham. Tower Bridge Ventures Ltd, perusahaan asal Inggris berkomitmen menyerap 1,1 miliar saham dalam aksi korporasi tersebut.

Melalui hajatan ini, Indoritel menargetkan pengumpulan dana sedikitnya Rp 1,31 triliun. "Kami akan menggunakan dana tersebut untuk mengakuisisi saham perusahaan pengembang jaringan serat optik, PT Mega Akses Persada (MAP)," terang Direktur Utama Indoritel Makmur International Harjono Wreksoremboko dalam paparan publik, Kamis (25/6).

Indoritel bakal masuk Mega Akses Persada lewat investasi saham serta investasi obligasi konversi. Perinciannya, DNET bakal memakai 1,75% dana hasil penerbitan saham baru atau senilai Rp 26,85 miliar untuk investasi saham Mega Akses.

Lantas perusahaan ini bakal memakai 65,03% dana atau senilai Rp 1 triliun untuk investasi obligasi konversi Mega Akses Persada. Nantinya, Indoritel menguasai 71,89% saham Mega Akses Persada.

Adapun sisa dana hasil penerbitan saham baru sebanyak 33,22% atau setara Rp 510,8 miliar, bakal dimanfaatkan untuk modal kerja dan investasi.

Harjono menjelaskan, rencananya Indoritel akan mengembangkan jaringan pita lebar di 99 kota selama 24 bulan pertama. Salah satu lini bisnis Grup Salim ini menargetkan lebih dari satu juta pelanggan hingga 2017.

Harjono menghitung, nilai investasi untuk mengembangkan bisnis serat optik bisa mencapai Rp 2,8 triliun. "Sisanya akan kami tutup dari pinjaman bank," ujarnya.

Bisa perkuat portofolio

Bukan tanpa alasan Indoritel memutuskan merambah bisnis serat optik. Perusahaan ini melihat penetrasi jaringan pita lebar di Indonesia masih rendah. Pasar masih didominasi Speedy (Telkom) lewat kabel tembaga yang membatasi kecepatan data. Selain itu, makin berkembangnya televisi berbasis internet juga akan mendorong permintaan akan konektivitas pita lebar.

Ia berharap, bisnis anyar ini bisa memperkuat portofolio bisnis Indoritel. Sebelumnya perusahaan ini telah mendapat kontribusi positif dari tiga anak usaha yakni PT Indomarco Prismatama, PT Nippon Indosari Corpindo Tbk (ROTI), dan PT Fast Food Indonesia Tbk (FAST).

Selama kuartal I-2015, pendapatan Indomarco meningkat 16,6% dibanding periode yang sama tahun lalu menjadi Rp 10,4 triliun. Pertumbuhan itu ditopang oleh jumlah gerai minimarket Indomaret yang juga bertambah 16,6% selama setahun terakhir.

Fast Food selaku pemegang waralaba restoran cepat saji Kentucky Fried Chicken (KFC) juga membukukan kenaikan penjualan sebesar 3,5% menjadi Rp 1 triliun. Jumlah gerai KFC bertambah 9% dibanding 2014.

Sementara itu Nippon Indosari juga membukukan peningkatan penjualan sebesar 11,7% berkat kenaikan harga jual roti merek Sari Roti secara rata-rata 12% pada 1 Oktober 2014.

Berkat kontribusi dari ketiga anak usaha tersebut, pendapatan Indoritel melonjak Rp 995,52 juta pada kuartal I-2015, dari Rp 23,87 juta pada periode yang sama tahun lalu. Namun laba bersih turun dari Rp 46,19 juta menjadi Rp 40,98 juta. Indoritel belum punya rencana menambah saham di anak usaha.                

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×