Reporter: Adhitya Himawan | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Federasi Industri Kimia Indonesia (FIKI) terus mendesak pemerintah untuk menurunkan harga gas industri. Dalam hitung-hitungan mereka, penurunan harga jual gas industri US$ 1 sudah bisa menurunkan rata-rata harga jual produk industri kimia sebesar 10%.
Fajar Budiono, Wakil Sekretaris Jenderal FIKI mengatakan, harga jual gas untuk industri di Indonesia rata-rata berkisar US$ 8–US$ 10 per mmbtu. Padahal di sejumlah negara tetangga seperti Malaysia harga gas industri sebesar US$ 3,5 per mmbtu, sementara di Thailand dan Singapura sebesar US$ 4 per mmbtu.
“Ini membuat biaya produksi kita menjadi lebih tinggi yang secara otomatis membuat produk kita sulit untuk kompetitif dengan negara tetangga,” kata Fajar saat dihubungi KONTAN, Senin (7/9).
Fajar mengaku, telah mendengar rencana pemerintah menurunkan harga gas industri. Hanya, ia menjelaskan bahwa komponen harga jual gas terdiri dari dua bagian, yaitu harga pokok yang mencapai US$ 5 dan harga distribusi sebesar US$ 3–US$ 4. “Yang akan dipangkas oleh pemerintah hanyalah harga distribusi yang dampaknya kepada PGN. Harusnya harga pokoknya juga diturunkan,” ujar Fajar.
Jika pemerintah bisa menurunkan harga jual gas untuk industri sebesar US$ 1, itu akan membantu menurunkan harga jual produk pupuk oleh industri pupuk sekitar 20%. “Sementara harga jual produk industri kimia bisa turun antara 5%-10%,” pungkas Fajar.
Mengacu data Forum Industri Pengguna Gas Bumi (FIPGB), kebutuhan gas bumi untuk industri pupuk di Indonesia meningkat dari 773,22 mmscfd di 2014 menjadi 791,22 mmscfd di 2015. Sementara untuk industri petrokimia meningkat dari 294,78 mmscfd di 2014 menjadi 295,00 mmscfd di 2015.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News