Reporter: Handoyo | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. Kinerja ekspor biji kakao diprediksi menurun sepanjang tahun ini. Pasalnya, industri kakao olahan domestik terus meningkatkan permintaan. Asosiasi Kakao Indonesia (Askindo) memperkirakan ekspor biji kakao tahun ini tidak lebih dari 100.000 ton, menyusut 28,1% dibandingkan tahun lalu yang seberat 139.177,11 ton.
Sekretaris Eksekutif Askindo, Firman Bakri, mengatakan, kinerja ekspor biji kakao bakal dipengaruhi oleh empat perusahaan pengolahan kakao yang berencana beroperasi pada tahun ini. "Bila perusahaan itu beroperasi tahun ini, penyerapan kakao dalam negeri bisa meningkat," kata Firman, Senin (4/2).
Beberapa perusahaan pengolah biji kakao yang bakal beroperasi tahun ini antara lain Barry Callebout, Cargill, dan JB Cocoa. Kapasitas penyerapan
dari total perusahaan baru tersebut adalah sekitar 150.000 ton per tahun.
Sekadar informasi, pada Januari 2013, volume ekspor biji kakao Indonesia mencapai 15.180,7 ton. Jumlah ini menyusut 5% dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Apabila dibandingkan dengan volume ekspor Desember 2012 yang seberat 2.235,23 ton, maka ekspor selama Januari 2013 meningkat 17,27%.
Volume ekspor kakao olahan dari tahun ke tahun terus menanjak. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, volume ekspor kakao olahan pada 2011
mencapai 178.000 ton, naik 117% dibandingkan realisasi 2009 yang hanya 82.000 ton. Sedangkan ekspor biji kakao menyusut dari 439.000 ton di
2009 menjadi 210.000 ton pada 2011.
Sementara itu, volume ekspor biji kakao pada periode Januari-November 2012 mencapai 154.200 ton atau setara US$ 361,9 juta. Untuk ekspor kakao olahan di periode yang sama mencapai 188.500 ton setara US$ 566,1 juta.
Kebangkitan industri hilir kakao tak lepas dari penerapan bea keluar. Aturan berupa penetapan bea keluar (BK) atas ekspor biji kakao sesuai tingkatan harga referensi di pasar internasional berlaku sejak 1 April 2010. "Kebijakan BK kakao berhasil mengubah pola ekspor," ujar Wakil Menteri Perdagangan, Bayu Krisnamurthi.
Perkembangan positif industri olahan kakao domestik juga tecermin pada bertambahnya kapasitas produksi dari 130.000 ton pada 2009 menjadi
280.000 ton di 2011. Tambahan investasi baru yang siap beroperasi pada 2013 bakal mengerek kapasitas produksi kakao olahan menjadi 400.000 ton selama 2014.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News