Reporter: Agung Hidayat | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID -JAKARTA. Perusahaan properti terus berlomba-lomba menambah landbank nya di tahun ini. Para pelaku industri melihat prospek yang positif setiap tahunnya dan tak merasa bergeming dengan efek tahun politik.
Seperti PT Ciputra Development Tbk (CTRA) misalnya, yang bakal terus mrnambah landbank untuk proyek maupun eksisting. "Landbank tentu harus ditambah karena itu semacam raw material bagi industri ini," ujar Harun Hajadi, Direktur CTRA kepada Kontan.co.id, Senin (15/4).
Sayangnya berapa besaran tanah yang akan dibeli, manajemen belum dapat merincikannya saat ini. Yang terang kata Harun, setiap landbank yang CTRA jual harus segera di replenish (digantikan).
"Sebab kalau tidak kami akan menyusut secara perusahaan," sebut Harun. Adapun CTRA terkenal punya portofolio properti yang beragam, khususnya secara geografis, jenis produk dan segmen pasarnya.
Itulah kuncinya, ungkap Harun, secara geografis, dari Medan sampai ke Palu, ada daerah yang kurang baik dan ditutupi oleh daerah yang booming. Secara Produk, ada produk perumahan, ruko, pertokoan, office, dan lainnya. Secara Segmen, perusahaan menyediakan pilihan mulai dari harganya rendah, menengah sampai yang tinggi.
Menilik laporan keuangan 2018 kemarin, jumlah aset CTRA mencapai Rp 34,2 triliun atau bertumbuh 7,5% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 31,8 triliun. Sampai kuartal I 2019 ini, perseroan mengaku telah meraih marketing sales Rp 1,11 triliun.
Sementara itu bagi PT Pura Delta Lestari Tbk (DMAS) melihat prospek pertumbuhan industri ini dirasakan semakin membaik. Meski tahun politik, Tondy Suwanto, Direktur Independen DMAS mengaku perseroan sudah beberapa kali melakukan pemilu dan terbukti bisnis masih tetap berjalan lancar.
"Investor yang masuk ke kawasan indistri Greenland International Industrial Center (GIIC) bersifat jangka panjang dan melihat pasar Indonesia begitu attraktif, jadi DMAS sangat optimis," ujarnya kepada Kontan.co.id, Senin (15/4). GIIC sendiri merupakan pengembangan Kota Deltamas milik DMAS.
Selain itu kata Tondy, inquiries lahan di GIIC saat ini saja meningkat lebih dari 50% dibandingkan tahun lalu. Mengulik laporan keuangan DMAS di 2018, jumlah aset perseroan sejumlah Rp 7,5 triliun atau naik mini 0,4% dibandingkan tahun sebelumnya Rp 7,47 triliun.
Sebelumnya dikabarkan bahwa DMAS telah membukukan marketing sales sebesar Rp 914 miliar pada kuartal pertama tahun ini. Raihan marketing sales sepanjang Januari hingga Maret 2019 tersebut menurut manajemen setara dengan 73% dari target sepanjang tahun ini senilai Rp 1,25 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News