kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri Pulp dan Kertas Loyo


Sabtu, 20 Desember 2008 / 08:54 WIB


Reporter: Nurmayanti |

JAKARTA. Produsen pulp atau bubur kertas dan kertas nasional dalam kondisi terpuruk. Imbas krisis membuat produsen pulp dan kertas memangkas produksi mereka tinggal setengah atau 50% dari kapasitas produksi mereka. Akibatnya, produksi pulp turun dari 6 juta ton menjadi hanya tinggal 3 juta ton. Sementara produk kertas turun dari 8 juta ton menjadi 4 juta ton di tahun ini.

Kondisi yang membuat produksi pulp dan kertas nasional terpangkas tak lain imbas krisis. Harga kedua produk itu terus melorot ke kisaran US$ 700 per ton dari US$ 1100 per ton untuk kertas. Sementara harga pulp jatuh dari US$ 800 per ton menjadi US$ 400 per ton. "Akibatnya produsen menurunkan produksinya karena harga terus melorot ditambah tak ada yang membeli," ujar ketua Asosiasi Pulp dan Kertas Indonesia (APKI) M Mansyur, Jumat (19/12).

Keterpurukan industri bermula sejak pertengahan tahun 2008. Produsen tak menyangka krisis bakal terjadi dan berdampak serius pada industi mereka. Mulai dari penjualan hingga produksi. Padahal, pada semester pertama produsen menikmati pertumbuhan yang positif. Permintaan maupun harga kertas sangat baik. Alhasil, mereka benar-benar menggenjot produksi hingga kapasitas produksi maksimal. Dari total produksi pulp dan kertas nasional, sebesar 50% dijual ke pasar ekspor.

Berdasarkan data asosiasi menunjukan kinerja ekspor pulp dan kertas dalam dua tahun terlihat cukup baik. Tahun 2006, mencapai US$ 1,39 miliar. Kemudian naik menjadi US$ 1,69 miliar pada 2007. Negara Tujuan ekspor adalah Amerika, Jepang, Korea, Thailand, Timur Tengah dan China. Jumlah tenaga kerja yang bekerja di sektor ini naik dari 243.537 orang pada 2006 menjadi 247.722 orang pada 2007. Artinya, ada peningkatan yang baik di industri pulp dan kertas nasional.

Ternyata, kondisi berubah total setelah krisis. Pasar yang selama ini menjadi tumpuan penjualan seperti Amerika dan Eropa terus menurun jumlah pesanannya. Lantaran itu, harga pulp dan kertas ikut anjlok. Pengusaha yang tengah gencar menggenjot produksi terkena dampak besar. Akibatnya, beberapa produsen mengambil kebijakan drastis. Mulai dari merumahkan karyawan hingga memecat mereka.

Mansur mencontohkan, perusahaan bubur kertas PT Riau Andalan Pulp & Paper (RAPP) yang memecat 1.000 karyawan dan merumahkan 1.000 karyawan lainnya. Pemutusan hubungan kerja dilakukan karena dampak krisis ekonomi global dan kurangnya pasokan bahan baku kertas.

Menteri Perindustrian (Menperin) Fahmi Idris sebelumnya mengakui jika masalah yang melanda industri pulp dan kertas dalam negeri adalah kelangkaan bahan baku. Sebab itu, industri ini membutuhkan dukungan bahan baku yang besar khususnya dari hutan tanaman industri (HTI).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×