kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45919,51   10,20   1.12%
  • EMAS1.350.000 0,52%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Niat Privatisasi, Kertas Padalarang Tunjuk Konsultan


Kamis, 07 Agustus 2008 / 19:37 WIB


Reporter: Abdul Wahid Fauzie | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Sepertinya, rencana PT Kertas Padalarang untuk privatisasi akan terus berjalan. Direktur PT Kertas Padalarang Syarif Hidayat mengungkapkan, saat ini ia telah menunjuk konsultan untuk privatisasi, yakni PT Satriatama Investment. "Kajian privatisasi telah selesai dilakukan dan sekarang Satriatama sedang menawarkan kepada para investor, baik luar negeri maupun lokal," tambah Syarif, hari ini.

Sayangnya, Syarif enggan mengatakan waktu pasti privatisasi tersebut digelar. Pasalnya keputusan untuk privatisasi tersebut tetap berada di tangan para pemegang saham. "Rencananya saham yang akan dilepas sebanyak 48% hingga 50%," tambah Syarif.

Sejak didirikan pada tahun 1992, perusahaan ini selalu merugi. Bahkan hingga tahun 1997, perusahaan mencatat kerugian sebesar Rp 45 miliar. Meskipun demikian, Kertas Padalarang tidak melulu mengalami rugi. Perusahaan pun mulai menuai untung sejak tahun 1998.

Pada tahun 2007, perusahaan mencatat penjualan Rp 72 miliar dengan produksi kertas dan pulp sebanyak 5.000 ton. Tahun ini,  perusahaan menargetkan penjualan sebesar Rp 80 miliar dengan produksi sebanyak 6.000 ton kertas dan pulp.

Sekedar mengingatkan, rencana privatisasi Kertas Padalarang ini sudah mencuat sejak 2007 lalu. Namun, karena adanya pergantian Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dari Sugiharto ke Sofyan Djalil, rencana tersebut tertunda. Hingga kini, tidak ada kejelasan kapan privatisasi perusahaan bisa dilaksanakan.

Selain berencana privatisasi, perusahaan juga menjajaki pinjaman bank untuk belanja modalnya tahun ini. Sejak awal tahun,  Kertas Padalarang sudah melobi Bank Mandiri untuk meminjamkan dana sebanyak Rp 25 miliar. "Tapi hingga kini belum cair," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×