kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.915.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.341   27,00   0,17%
  • IDX 7.544   12,60   0,17%
  • KOMPAS100 1.047   -4,04   -0,38%
  • LQ45 795   -5,29   -0,66%
  • ISSI 252   0,56   0,22%
  • IDX30 411   -3,03   -0,73%
  • IDXHIDIV20 472   -7,09   -1,48%
  • IDX80 118   -0,54   -0,46%
  • IDXV30 121   -0,69   -0,57%
  • IDXQ30 131   -1,32   -1,00%

Industri rokok nikmati pelemahan rupiah


Kamis, 27 Agustus 2015 / 09:59 WIB
Industri rokok nikmati pelemahan rupiah


Reporter: Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Havid Vebri

JAKARTA. Mantan Menteri Keuangan era Soeharto Fuad Bawazier menilai, industri rokok banyak menuai berkah dari melemahnya nila rupiah terhadap dollar AS. Bagi industri rokok, kata Fuad, melemahnya rupiah bisa mejadi kesempatan baik untuk menggenjot ekspor.

"Saat dollar sedang naik seperti sekarang ini, ada satu industri yang bisa benar-benar nikmati dan manfaatkan untuk kenaikkan ekspor ini, yaitu rokok," ujar Fuad pada acara Kongkow Bisnis PasFM 92,4 bertajuk 'Rupiah Terkapar, Bagaimana dengan Bisnis?', Rabu malam (27/8)

Mengapa rokok? Pasalnya industri rokok adalah industri yang paling sedikit bergantung pada impor, sehingga beban produksinya tidak terganggu kenaikan kurs dollar. Di satu sisi rokok sudah menjadi komoditas ekspor dunia.

"Rokok itu hampir 100% buatan lokal. Tembakaunya, buruhnya, tidak ada yang impor. Justru malah kalau dollar lagi naik begini, ekspor mereka bisa menguntungkan dan meningkat," ujar Fuad.

Dalam kesempatan yang sama, Fuad juga mengkritik pemerintah yang tiap tahun selalu menerapkan kenaikan tarif cukai produk tembakau. "Katanya mau tingkatkan ekspor saat dollar lagi naik begini. Tapi salah satu industri yang kandungan lokalnya tinggi begini macam rokok, malah dibebani kenaikkan cukai. Tidak konsisten pemerintah ini," ujar Fuad.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×