Reporter: Lidya Yuniartha | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Abdul Rochim, Direktur Industri Minuman, Hasil Tembakau dan Bahan Penyegar, Direktorat Jenderal Industri Agro mengatakan, saat ini 95% susu dalam negeri yang terserap oleh Industri Pengolahan Susu (IPS).
Dia bilang, dari sekitar 60 IPS yang ada, hanya terdapat 14 IPS yang sudah menyerap susu dalam negeri, sementara IPS lainnya masih mengandalkan impor.
Saat ini kebutuhan susu untuk IPS sekitar 3,7 juta ton setara susu segar. Sementara, produksi susu dalam negeri hanya berkisar 852.000 ton atau sekitar 22,95%. Dengan begitu, terdapat 2,85 juta ton atau sekitar 77,05% susu yang masih diimpor.
Impor yang tinggi pun disebabkan populasi perah di Indonesia yang hanya berkisar 533.00 ribu ekor, dimana hanya terdapat 267.000 ekor sapi laktasi. Produktivitas susu bahkan hanya sekitar 8-12 liter per ekor per hari.
Sementara produktivitas ideal minimal adalah 15 liter per ekor per hari. Tak hanya itu, kualitas susu masih rendah dan harga jual susu dalam negeri masih sangat rendah. Peternak pun rata-rata hanya memiliki 2-3 ekor sapi.
“Di Selandia Baru, terdapat populasi sapi perah sebanyak 6,5 juta. Dibandingkan negara tersebut, populasi sapi perah di Indonesia masih jauh. Padahal wilayahnya lebih luas, masyarakatnya lebih banyak,” ujar Abdul, Selasa (16/11).
Tak hanya itu, dia pun menyoroti konsumsi susu penduduk Indonesia yang baru mencapai 16,62 kg per kapita dalam satu tahun. Sementara negara lain seperti Malaysia konsumsi susunya sudah mencapai 3,2 kg per kapita dalam setahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News