kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Industri Tekstil Kusut, Utilisasi Nasional Tak Sampai 50%


Rabu, 27 November 2024 / 15:18 WIB
Industri Tekstil Kusut, Utilisasi Nasional Tak Sampai 50%
ILUSTRASI. Saat ini, tingkat utilisasi nasional untuk ndustri tekstil dan roduk tekstil (TPT) nasional ada di bawah 50%.


Reporter: Filemon Agung | Editor: Anna Suci Perwitasari

KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Industri Tekstil dan Produk Tekstil (TPT) nasional kian kusut. Berbagai tekanan bisnis membuat tingkat utilisasi nasional kini di bawah 50%.

Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jemmy Kartiwa Sastraatmaja mengatakan, berbagai kebijakan yang ada ke depannya maka industri TPT akan semakin tertekan.

"Utilisasi sekarang di bawah 50% secara nasional. Industri polyester itu kehilangan (produksi) di atas 12 ribu ton per bulan. Itu angka cukup besar sekali," ungkap Jemmy di Jakarta, Selasa (26/11).

Jemmy menjelaskan, terbaru dengan berhenti beroperasinya pabrik Asia Pacific Fiber Tbk (POLY) di Karawang diproyeksikan kian menurunkan produksi polyester nasional. Meski demikian, serapan dari industri hilir pun dinilai masih mini.

Baca Juga: APSyFI: Panja Diperlukan untuk Memberantas Impor Tekstil Ilegal

"Perkiraan kita dengan berhentinya Asia Pacific itu industri akan kekurangan polyester tapi nyatanya tidak. Berarti di industri hilirnya, industri pakaian jadi serapannya sangat rendah," jelas Jemmy.

Rencana kenaikan PPN 12% pada 1 Januari 2025 mendatang ditambah persoalan ketentuan Upah Minimum Provinsi (UMP) diyakini akan semakin menurunkan daya saing industri TPT nasional.

Jemmy menjelaskan, industri TPT nasional juga harus bersaing dengan produk impor. Berbagai tantangan yang ada diproyeksikan akan semakin membuat harga produk dalam negeri sulit bersaing dengan produk impor.

"Saya pikir bukan pertumbuhan, justru kontraksi. Sekarang aja 2023-2024 industri TPT tidak tumbuh malah terkontraksi," imbuh Jemmy.

Jemmy mengharapkan pelaku usaha dan pemerintah dapat berkoordinasi bersama untuk membahas persoalan yang membelit industri TPT.

Pihaknya turut mengusulkan adanya regulasi khusus untuk industri TPT.

"Kita harus bersama-sama berbagai kementerian dan lembaga duduk bareng untuk membuat regulasi khusus untuk industri TPT melihat mana saja yang masih digunakan terutama produk-produk Tiongkok. Sehingga bila itu ditutup bisa sedikit memperbaiki utilisasi industri TPT," pungkas Jemmy.

Selanjutnya: Harga Pangan di Kalimantan Barat Hari Ini: Harga Ikan Kembung dan Bawang Merah Naik

Menarik Dibaca: Harga Emas Dunia Stabil di Tengah Gencatan Senjata Timur Tengah

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×