kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Industri tembakau menantang, Bentoel (RMBA) berharap ada regulasi yang berimbang


Jumat, 02 Juli 2021 / 14:59 WIB
Industri tembakau menantang, Bentoel (RMBA) berharap ada regulasi yang berimbang


Reporter: Dimas Andi | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bentoel Internasional Investama Tbk (RMBA) baru saja menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang telah menyetujui dan mengesahkan laporan direksi dan laporan dewan komisaris mengenai jalannya usaha dan administrasi keuangan perusahaan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2020.

Dalam RUPST, Direksi RMBA menyampaikan pencapaian penting RMBA pada tahun 2020. Di antaranya infrastruktur operasional yang lengkap, mulai dari proses penanaman daun tembakau sampai distribusi produk akhir (seed-to-smoke).

Di tahun 2020, RMBA memperkenalkan VELO untuk memberikan pilihan yang lebih rendah risiko dan lebih mudah dinikmati bagi konsumen. Risiko tersebut berdasarkan uji berat dan asumsi perubahan total pola konsumsi rokok.

VELO merupakan kantong nikotin bebas tembakau pertama di Indonesia yang pada awalnya diperkenalkan di Swedia. Setelah melalui penyempurnaan selama bertahun-tahun, induk perusahaan RMBA, British American Tobacco mengumumkan bahwa Indonesia menjadi pasar ke-18 yang tergabung dengan kelompok pasar dengan ambisi baru.

Baca Juga: Cukai Masih Menekan Emiten Rokok, Simak Rekomendasi Saham HMSP, GGRM, dan WIIM

Namun, tembakau tetap menjadi bagian yang sangat penting dari bisnis RMBA. Bentoel Group juga berkomitmen untuk meningkatkan nilai rokok tradisionalnya melalui inovasi dan produk kelas dunia.

Pada tahun 2020, RMBA melakukan ekspor produk-produk berkualitas tinggi ke 23 negara di Asia Pasifik dan Timur Tengah yang nilainya mencapai Rp 2,9 triliun. Negara tujuan ekspor RMBA telah mengalami peningkatan dari sebelumnya yang berjumlah 20 negara di tahun 2019.

“Pencapaian ini tentunya turut memberikan kontribusi pada peningkatan pendapatan ekspor negara dan pertumbuhan ekonomi nasional,” kata Steve Pore, Presiden Direktur Bentoel Internasional Investama dalam siaran pers yang diterima Kontan, Jumat (2/7).

RUPST RMBA juga menerima pengunduran diri Mercy Francisca Sinaga sebagai direktur  dan menyetujui mengangkat Dinar Shinta Ulie sebagai direktur.

Dengan demikian, susunan Direksi RMBA saat ini menjadi:

Direksi

Presiden Direktur                  : Steven Gerald Pore

Direktur                                  : Faisal Saif

Direktur                                  : Martin Arthur Guest

Direktur                                 : Widyo Rulyantoko

Direktur                                  : Dinar Shinta Ulie

Tahun 2021 masih akan menjadi tahun yang penuh tantangan bagi industri tembakau, termasuk RMBA. Kenaikan tarif cukai dan Harga Jual Eceran (HJE) yang tertinggi dalam sejarah, kurangannya tingkat prediktabilitas peraturan, meningkatnya perdagangan rokok ilegal, serta minimnya insentif untuk mendorong investasi telah memberikan tekanan yang besar bagi industri tembakau secara keseluruhan.

Di tengah tantangan akibat kebijakan tarif cukai tersebut, dunia juga menghadapi tantangan lain akibat munculnya pandemi Covid-19 pada awal tahun 2020. Pandemi Covid-19 juga turut menambah tekanan yang dialami oleh RMBA pada tahun 2021.

RMBA berharap agar pemerintah lebih memperhatikan keberlanjutan industri tembakau melalui regulasi yang berimbang bagi seluruh pemangku kepentingan. Terlepas dari tantangan-tantangan tersebut di atas, RMBA yakin dapat terus berperan aktif dalam perekonomian Indonesia serta menciptakan nilai dan masa depan yang lebih baik bagi semua pemangku kepentingan.

Steve menyebut, di tengah situasi yang sulit seperti sekarang ini, pihaknya berkomitmen untuk terus mendukung pemerintah dalam upaya pemulihan ekonomi akibat dari dampak pandemi tersebut.

“Kami sangat berharap agar pemerintah dapat lebih memperhatikan keberlangsungan industri tembakau dengan mengeluarkan kebijakan-kebijakan serta regulasi yang berimbang bagi seluruh pemangku kepentingan, mengingat saat ini industri tembakau membutuhkan waktu untuk melakukan pemulihan atas penurunan penjualan yang cukup signifikan,” imbuh Steve.

Selanjutnya: Simak rekomendasi analis untuk saham rokok HMSP, GGRM, dan WIIM

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×