Reporter: Ratih Waseso | Editor: Yudho Winarto
Baca Juga: Anies putuskan UMP Jakarta naik jadi Rp 4,4 juta, bagi usaha yang tak terimbas corona
Sementara itu, Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius menuturkan terkait upah minimum tahun depan, berkaca dari industri farmasi perlu adanya kategorisasi sendiri. Vidjongtius menyebut bahwa berbeda produk industri farmasi maka berbeda pula dampak dari pandemi Covid-19.
Vidjongtius mengatakan, selama sembilan bulan pertama, tepatnya per September 2020, tren penjualan obat resep mengalami pertumbuhan minus 3,7%.
Hal itu karena jumlah pasien reguler yang mengunjungi rumah sakit menurun drastis. "Saat ini kita belum tahu ketidakpastian akan sampai kapan," jelas Vidjongtius saat dihubungi Kontan.co.id pada Minggu (1/11).
Kemudian, penjualan obat bebas dan produk kesehatan konsumen lainnya tumbuh positif 4,6%. Minuman kesehatan pun demikian, lantaran banyak berhubungan dengan konsumen juga mengalami penurunan penjualan minus 5% sampai 10%.
Sedangkan penjualan produk alat kesehatan mengalami penurunan sekitar minus 10%, hal itu juga karena pasien rumah sakit turun dan kegiatan operasi cenderung menurun.
"Untuk pengobatan Covid-19 sendiri kita ketahui belum ada obat yang spesifik sehingga dampak kepada total penjualan perusahaan belum besar. Beberapa kelompok obat tersebut semuanya ada dalam portofolio Kalbe yang secara total penjualan tumbuh positif 1,6%," ungkap Vidjongtius.
Maka melihat kondisi tersebut, Vidjongtius menekankan dampak dari pandemi tentu bervariasi pada sektor industri farmasi.
"Dengan kombinasi demikian dampaknya jadi bervariasi dan membutuhkan analisa yang tepat sebelum menentukan keputusan sehubungan dengan UMP tersebut," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News