Reporter: Venny Suryanto | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Direktur Eksekutif Lippo Group, John Riady ungkap beberapa strategi yang dilakukan dalam pengembangan dan transformasi teknologi digital dalam perusahaannya. Menurutnya hampir seluruh sendi kehidupan kini memanfaatkan kehadiran teknologi digital, mulai dari gawai pintar hingga komputasi awan menyediakan berbagai kemudahan bagi masyarakat.
Keyakinan inilah yang membuatnya merancang transformasi konglomerasi tersebut. Lippo sebelumnya hanya dikenal sebagai grup perusahaan dengan ujung tombak bisnis properti, kesehatan, pendidikan, dan ritel modern.
John mengungkapkan, di balik kesuksesan Lippo, ternyata penerapan teknologi digital perlahan menjadi pondasi penguatan konglomerasi yang didirikan Mochtar Riady tersebut.
Baca Juga: Begini Cara John Riady Terapkan Transformasi Lippo di Tengah Arus Digitalisasi
Secara sederhana, John menilai selama ini Lippo melayani penduduk dan masyarakat dari berbagai kalangan. Terutama, katanya, konsumen yang merupakan generasi penikmat pembangunan ekonomi pada milenium baru ini.
“Mereka adalah keluarga yang tumbuh sejalan dengan perkembangan serta kemajuan di berbagai bidang, menikmati perjalanan ke luar negeri, yang berhasil menyekolahkan anaknya ke jenjang universitas, dan berbagai kemudahan lainnya,” kata John dalam keterangan resminya, Jumat (20/5).
Sebaliknya, seiring pertumbuhan kelas sosial tersebut, membuka pula keniscayaan masa depan yang semakin dimanjakan dengan teknologi digital. Pandangan ini kemudian membuat Lippo Group merancang berbagai bisnis yang sepadan dengan jaman.
Strategi itu kemudian melahirkan berbagai produk properti bercita rasa milenial dan ramah lingkungan, hingga masuk lebih dalam sebagai salah satu penyokong modal berbagai usaha rintisan, serta merancang kolaborasi layanan berbasis offline dan online.
“Kita menyadari perkembangan teknologi informasi dan digital saat ini masih tahap awal bagi Indonesia. Berkaca dari kondisi masyarakat, kami menyimpulkan sejauh ini belum seluruhnya bisa meninggalkan banyak cara dan bisnis konvensional,” jelasnya.
Baca Juga: Targetkan Buka 10 Gerai Baru, Ini Strategi Matahari Department (LPPF)
Untuk itu, menurutnya strategi omnichannel adalah jawaban penting untuk menyegarkan layanan Lippo Group di tengah arus digitalisasi. Konsep ini bersandar pada kemampuan mengawinkan teknologi digital dengan layanan fisik.
“Contohnya untuk pasar ritel, yang paling besar di Indonesia masih pasar tradisional kira-kira 60%, sedangkan ritel modern itu seperti mal dan department store sebagainya itu kira-kira 30%. Sebaliknya pasar online kira-kira penetrasinya 10%,” simpul John.
Ke depan, seiring berjalannya waktu, pasar daring akan tumbuh lebih besar maupun pasar ritel modern secara fisik.“Tapi offline pun yang sekarang kira-kira 30%, tetep akan tumbuh menjadi 50-60%. Tentu yang akan berkurang seiring dengan kemajuan ekonomi dan sebagainya adalah pasar-pasar tradisional yang akan berubah menjadi modern mart,” sambung John.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News