Reporter: Arfyana Citra Rahayu | Editor: Handoyo
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Pikko Land Development Tbk (RODA) mengalami sejumlah kendala-kendala bisnis salah satunya kenaikan harga bahan bangunan. Meski demikian, pihaknya tetap optimistis melanjutkan proyek yang sedang berjalan dan di tahun depan berencana membangun proyek apartemen di Lebak Bulus senilai kurang lebih Rp 1,6 triliun.
Direktur Pikko Land Development, Sicilia Alexander Setiawan menjelaskan, kendala yang dihadapi saat ini ialah ketidakpastian pasar keuangan global, kenaikan harga komoditas, material konstruksi dan bahan bangunan, termasuk ketidakpastian nilai tukar rupiah sebagai dampak dari ketegangan politik global yaitu perang Rusia-Ukraina.
“Sehingga Perusahaan dan Entitas Anak mengalami kesulitan dalam merencanakan harga jual dan menghitung pengembangan proyek yang akan dikembangkan,” jelasnya dalam paparan publik di Jakarta, Jumat (15/7).
Baca Juga: Demand Properti di Karawang Unik, Percepat Perkembangan Residensial dan Komersial
Ada sejumlah kebijakan strategis yang telah dipersiapkan dan dilaksanakan RODA untuk menghadapi tantangan tersebut. Sicilia menjelaskan, dari sisi marketing pihaknya memberikan berbagai alternatif sarana komunikasi serta informasi produk yang dipasarkan. Melakukan penyesuaian harga untuk meningkatkan penjualan selama kondisi pandemi Covid-19. Kemudian, berfokus pada penjualan unit yang sudah diserahterima.
Selain itu, RODA juga memberikan alternatif cara bayar yang ringan atau fleksibel sesuai dengan kemampuan dari konsumen tetapi tidak merugikan perusahaan. “Ini merupakan salah satu upaya kami mendiversifikasi melalui custom payment dan memberikan nilai tambah kepada konsumen,” ujarnya.
Selain itu, RODA juga menciptakan gimmick yang diklaim menarik baik untuk potensial costumer maupun tenaga pemasaran. Mereka juga memberikan after sales service yang optimal dan berkelanjutan.
Sicilia memaparkan, saat ini sudah ada sejumlah proyek yang telah selesai dibangun yakni Sahid Sudirman Residence, Maple Park, Siganture Park, Botanica, Sahid Sudirman Center, SIgnature Park Grande, dan Thamrin Distric di Bekasi.
Adapun proyek yang sedang dalam tahap pembangunan saat ini adalah Defontein Menteng yang diproyeksikan akan selesai di tahun ini. Lalu, proyek yang sedang dalam proses perizinan ialah Apartemen di Jakarta Selatan. Kemudian proyek yang akan datang adalah Gedung Perkantoran di Senopati, Gedung Perkantoran di Jakarta Pusat, Superblok di Jakarta Selatan, dan Apartemen di Jakarta Selatan.
Direktur Utama Siganture Park Grande, Nio Yantony mengungkapkan kenaikan harga bahan bangunan berdampak pada proyek yang akan dijalankan. Nio memaparkan, naiknya harga bahan bangunan serta biaya jasa kontraktor berimbas pada naiknya Cost of Good Solds (COGS) atau Harga Pokok Penjualan (HPP), namun di sisi lain pihaknya juga tidak bisa serta-merta menaikkan harga jual di tengah keadaan yang sulit saat ini.
“Kami berhati-hati dengan proyek baru dan harus ada perhitungan cermat apakah tetap feasible di tengah kenaikan biaya tanpa ada kenaikan harga jual ke pelanggan,” ujarnya.
Nio memaparkan, sebagai perusahaan pada umumnya ingin mencari pendapatan setinggi-tingginya dengan terus menggenjot penjualan. Untuk itu, RODA telah berencana akan membuka proyek baru di tahun depan, yakni kawasan Apartemen di Lebak Bulus.
Baca Juga: Harga Rumah Subsidi Bakal Naik, Ini Kata Kementerian PUPR
“Kami ingin membuat satu kawasan apartemen kira-kira 900 meter dari MRT Lebak Bulus. Nilai investasinya Rp 1,6 triliun di mana pendanaan dari internal, pinjaman, dan pre-sale. Perizinan kami laksanakan di tahun ini dan konstruksi dimulai tahun depan,” ungkapnya.
Nio melihat bahwa proyek apartemen di Lebak Bulus ini memiliki prospek bisnis yang menjanjikan. Dia mengatakan, di sana lokasinya strategis dan dekat dengan stasiun MRT serta market di Lebak Bulus masih cukup besar.
Pada tiga bulan pertama di tahun ini, Pikko Land Development mencatatkan penurunan pendapatan dan rugi bersih. Melansir laporan keuangan RODA, pada kuartal I 2022 tercatat penurunan pendapatan 56% yoy dari yang sebelumnya Rp 80,199 miliar menjadi Rp 34,64 miliar. Setelah dikurangi beban pajak final yang senilai Rp 908,61 juta maka pendapatan neto yang dicatatkan menjadi Rp 33,73 miliar atau turun 56,8% yoy.
Segmen usaha apartemen yang mendominasi pendapatan RODA turun dari sebelumnya Rp 79,81 miliar di kuartal I 2021 menjadi Rp 26,06 miliar di kuartal I 2022. Adapun pada periode tiga bulan pertama tahun ini, RODA mencatatkan pendapatan dari segmen perkantoran senilai Rp 7,86 miliar dan sisanya dari asset enhancements senilai Rp 706,06 juta.
Akibat penurunan pendapatan ini, RODA mencatatkan rugi bersih atau rugi periode berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk senilai US$ 9,46 miliar dari yang sebelumnya untung Rp 900,87 juta di kuartal I 2021.
Nio menjelaskan, penjualan yang dilakukan di 2022 belum dapat diakui menjadi pendapatan karena ada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) 72 tentang Pengakuan Pendapatan dari Kontrak dengan Pelanggan yang mensyaratkan dalam pembayaran di tahap tertentu, penjualan tersebut baru bisa diakui sebagai pendapatan.
“Meskipun kami sudah menerima 5% pembayaran ataupun lunas, jikalau belum ada pengalihan hak maka penjualan itu belum dicatatkan sebagai pendapatan,” jelasnya.
Dia menjelaskan, jika penjualan yang sudah terlaksana hingga saat ini dapat diakui sebagai pendapatan, kinerja yang dibukukan bisa lebih positif. Pihaknya optimistis, di akhir tahun ini rugi dapat berbalik menjadi laba karena penjualan yang sudah terlaksana dapat dicatat sebagai pendapatan.
Kendati sudah ada gambaran kinerja yang lebih baik, Nio belum bisa membeberkan proyeksi kinerja keuangan di tahun secara rinci. Pasalnya, RODA tetap memantau kondisi terkini pandemi Covid-19. “Tentu yang kami usahakan kinerja akan lebih baik dari tahun lalu,” terangnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News