Reporter: Ika Puspitasari | Editor: Azis Husaini
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perusahaan penjualan alat berat, PT Intraco Penta Tbk (INTA) optimistis bakal mencetak pertumbuhan penjualan alat berat pada tahun ini. Walaupun adanya fluktuasi harga komoditi yang menjadi tantangan pada 2019, emiten berkode saham INTA ini membidik kenaikkan kinerja sebesar 20% hingga 30% ketimbang realisasi pada tahun lalu.
Investor Relations Strategist INTA, Ferdinand D. percaya INTA akan mencatatkan kinerja yang ciamik sepanjang tahun ini. Pada tahun lalu, INTA memasang target pertumbuhan sebesar 30% daripada target 2017.
Guna mencapai target pertumbuhan itu, Ferdinand bilang pada tahun ini INTA akan terus memperkuat pangsa pasar untuk merek-merek tertentu yang mereka miliki. “Kita perkuat pangsa pasar merek seperti Volvo CE, SDLG, Bobcat, dan Dressta untuk klien-klien existing dan klien baru,” papar Ferdinand.
Dalam berita Kontan.co.id sebelumnya, pada 2019 emiten penjualan alat berat ini juga mengaku akan mengoptimalkan produk-produk anyar mereka. Melalui PT Intraco Penta Prima Service (IPPS), INTA merilis produk-produk alat berat baru sesuai dengan kebutuhan pasar. Jenis produk baru ini di antaranya adalah Volvo Rigid Dump Truck dan Doozer merk Dressta dengan berbagai kapasitas.
IPPS menggarap market di Kalimantan, Sumatera, dan Maluku dalam penjualan alat berat yang menyasar industri pertambangan, saat ini juga tengah merambah lima kota besar di Jawa dan Sumatera untuk perluasan dan diversifikasi market.
INTA mengoptimalkan penjualan produk baru lantaran dinilai mampu melengkapi armada alat berat pertambangan, sehingga mereka mampu menawarkan produk yang lebih lengkap. Memang, selama ini mayoritas penjualan dari sektor alat berat berkontribusi paling banyak terhadap total penjualan alat berat INTA.
Pun untuk tahun ini, INTA memprediksikan permintaan alat berat masih didominasi dari sektor pertambangan. “Kita lihat sektor pertambangan masih akan menjadi pendorong bisnis pada 2019,” katanya pada Kontan.co.id, kemarin.
Sementara sampai November 2018, INTA menorehkan penjualan sebesar Rp 1,7 triliun, nilai ini meningkat 41% daripada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,2 triliun. Sayangnya Ferdinan belum dapat menyampaikan berapa total unit alat berat yang terjual hingga periode November 2018. Sampai Oktober 2018, INTA sudah menjual 770 unit alat berat, naik 53% dibanding periode yang sama tahun 2017 sebanyak 503 unit.
Ferdinand menjelaskan, komposisi penjualan alat berat sebesar 45% diperoleh dari sektor pertambangan batubara, kemudian 20% dari sektor pertambangan lainnya, disusul penjualan dari general industry sebesar 12%, dan 8% dari sektor infrastruktur. “Sisanya dari lain-lain seperti oil dan gas, transportation, agriculture,” imbuhnya.
Perihal adanya tren penurunan harga batubara beberapa waktu yang lalu, Ferdinan menambahkan hal ini dapat mempengaruhi pasar dari pertambangan. “Jeni salat berat seperti Articulated Dump Truck, Rigid Dump Truck, Excavator merek Volvo CE, dan Doozer merek Dressta,” ujarnya.
Ferdinand juga belum dapat menyampaikan nilai belanja modal yang dialokasikan untuk tahun ini. Sementara untuk tahun lalu dalam catatan Kontan.co.id, INTA mengalokasikan capital expenditure sebesar Rp 100 miliar yang mana sebagian besar capex ini diperoleh dari dana internal INTA.
Belanja modal pada 2018 digunakan untuk membiayai pembangunan fasilitas baru, pengembangan bisnis, dan pengembangan infrastruktur pendukung.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News