Reporter: Merlina M. Barbara | Editor: Havid Vebri
JAKARTA. Sempat mengecap karier sebagai di pelbagai bidang, akhirnya Dionisius Rari Purantara Aldaka atau biasa disapa Dino Martin, memilih mengembangkan situs pencari kerja pertama di Indonesia, Karir.com. Kunci suksesnya adalah fokus berorientasi pada para stakeholder.
Selama ini, bisnis situs pencari kerja masih didominasi oleh perusahaan asing dari Denmark dan Malaysia. Padahal, ada situs lokal yang tak kalah menarik, yakni Karir.com. Perusahaan yang akhir tahun lalu dibeli oleh PT Elang Mahkota Teknologi (Emtek) itu kini mulai berbenah dan tancap gas.
Di tangan Dino, yang menjadi Chief Executive Officer Karir.com, hasilnya sudah kelihatan. Sebelum diambil alih, portal Karir.com memiliki 800.000 page viewer dan rating Alexa berada di urutan 1.600 di Indonesia. Setelah sembilan bulan dia kelola, Karir.com kini memiliki 4,5 juta page viewer dan rating Alexa berada di urutan 681.
Tampaknya, putera kelahiran Jayapura pada 27 Desember 1973 ini sudah menemukan kariernya yang pas. Maklum, sejak kecil, Dino sudah biasa berpindah-pindah. Menghabiskan masa Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama di Jakarta, dia terus berpindah rumah lantaran ayahnya adalah militer (ABRI). Sejak kecil, sebenarnya ia bercita-cita menjadi seorang dokter. Namun, cita-cita ini kandas setelah ia mengikuti pelajaran Biologi di SMA. Sang guru tak bisa membuatnya termotivasi untuk menjadi seorang dokter.
Saat SMA, Dino dikirim orang tuanya bersekolah di SMA De Brito Yogyakarta. Otomatis, ia harus menjadi perantau di usia muda, jauh dari orang tuanya. Namun, kemandirian membuatnya menyadari bahwa bersekolah dan belajar bukan hanya untuk memenuhi keinginan orang tua, tapi juga untuk diri sendiri. “Walaupun sebenarnya saya senang juga bisa bebas dari kontrol orang tua,” ujarnya bercanda.
Ayah dari dua anak perempuan ini termasuk murid yang rajin dan penurut. Tak heran ketika SMA, Dino selalu menjadi juara kelas. Setamat SMA, Dino melanjutkan pendidikan di Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada di tahun 1992. Saat pertengahan perkuliahan, tepatnya di tahun 1994, ia kehilangan sang ayah. Setelah itu, ia memutuskan menjalani bisnis sambil kuliah dengan bermodal warisan sang ayah.
Dino membuka toko penjualan laser disk. Sayangnya, karena perkembangan teknologi dengan kehadiran VCD, penggunaan laser disk perlahan mulai ditinggalkan. Alhasil, bisnisnya juga tidak berhasil.
Setelah berhasil meraih gelar sarjana, Dino ingin menjadi bankir. Mimpi ini terwujud setelah di terima di Bank Universal (sekarang Bank Pertama) pada tahun 1996. Ia mampu meraih jabatan sebagai Asisten Manager pada Marketing Division, Consumer Banking Department.
Namun, karier Dino tidak berlangsung lama. Pada tahun 1998, terjadi krisis moneter sehingga dia memutuskan meninggalkan Bank Universal. Pada tahun 1999, ia iseng melamar di perusahaan rokok PT British American Tobacco Indonesia Tbk (BAT) dengan posisi sebagai Assistant Brand Manager for International Brand: Lucky Strike and Pall Mall. Namun, kariernya di BAT hanya seumur jagung. Ia bukan perokok dan merasa bersalah jika harus berpromosi ke sejumlah kampus.
Sempat menganggur setahun, pada Desember 1999, Dino diajak bosnya yang dulu di BAT untuk bergabung ke Ericsson Indonesia dengan posisi sebagai Group Brand Manager pada Marketing Department, Consumer Product Division. Tiga tahun kemudian, pada Februari 2012, ia memutuskan pindah ke L'Oreal Indonesia sebagai Marketing Manager, Department Head, Professional Products Division.
Namun, di L'Oreal Indonesia, karier Dino hanya bertahan hingga Januari 2004 setelah ia ditawari menjadi Vice President Sales and Marketing PT BMW Indonesia. Dengan jabatan barunya ini, penikmat soto mi tersebut bertanggung jawab pada seluruh model dan kegiatan marketing pasca penjualan. Di bawah kepemimpinannya, BMW Indonesia berhasil mendapat sejumlah penghargaan diantaranya Best Brand in 2005 and 2006 Acknowledged by SWA Megazines.
Setelah sukses di BMW Indonesia, Dino kembali melanjutkan petualangannya di PT Karyamegah Adijaya dengan posisi sebagai Vice President Marketing and Business Development pada November 2008. Saat itu, dia bertanggung jawab untuk meningkatkan basis pelanggan AORA TV. Namun, pria lulusan Double Degree of Magister Manajemen Swiss German University dengan IP 3,9 ini memutuskan keluar dari PT Karyamegah Adijaya pada Desember 2009.
Ingin mendapat tantangan lebih, pada November 2011 bersama Bo Le Associates Ltd (Hong Kong) dan Recruit Group (Japan), Dino mendirikan PT BRecruit Indonesia dan menduduki jabatan sebagai Managing Director. Fokus perusahaan ini menjaring karyawan dengan entry level sampai middle level. Saat ini BRecruit mempunyai sembilan kantor di China.
Fokus pada stakeholder
Tiga tahun kemudian, ide untuk mendirikan portal pencarian kerja muncul. Pemicunya adalah saat Dino bertemu dengan salah satu kliennya di Brecruit, yakni Adi Sariaatmadja, pendiri PT Elang Mahkota Teknologi. Ketika itu, Adi bertanya tentang belum adanya portal asal Indonesia yang menyediakan jasa pencarian kerja. . “Apa salahnya kita punya portal sendiri dan bersaing dengan portal asing yang sudah menjadi pioner dan leader di Indonesia,” jelas Dino mengungkap ide.
Dino pun dengan sigap menyiapkan perencanaan bisnis dan mengenalkan Adi kepada Luisa Wong, pemilik Bo Le Associates Ltd. Saat itu, Luisa Wong bersedia memberikan investasi sebesar US$ 100 juta.
Sayangnya, ide ini harus tenggelam karena kesibukan masing-masing. Bagai durian runtuh, tiba-tiba Dino mendapat kabar bahwa Karir.com salah satu situs pencari kerja pertama milik orang Indonesia dijual. Gayung pun bersambut, detik itu juga Dino segera menghubungi pemilik Karir.com dan Desember 2014, dengan bendera Emtek, Karir.com resmi diambil alih.
Sejak saat itu, Dino memutuskan mengundurkan diri dari Brecruit. Awalnya, Adi meminta Dino untuk mencarikan CEO yang berkompeten untuk memimpin Karir.com. Karena tarif CEO mahal, Dino memutuskan memimpin sendiri Karir.com. Bertekad ingin memperbaiki sistem manajemen perusahaan, kerja keras pun dilakukan hingga pencapaian saat ini.
Dino bilang, kunci sukses membawa perubahan pada tubuh Karir.com karena bisa fokus pada dua hal penting, yakni fokus pada situasi dan fokus pada stakeholder atau target market.
Karir.com menetapkan dua stakeholder utamanya, yakni pencari kerja dan perusahaan. Setelah itu, perusahaan harus mencari tahu apa yang menjadi kebutuhan dan kemauan para stakeholder agar dapat memberikan pelayanan terbaik.
Salah satu gebrakan yang dilakukan Dino adalah dengan membuat program MT Academy untuk entry level dan next carrier bagi senior level. MT Academy adalah program yang dibuat untuk memudahkan pencari kerja dan perusahaan dalam melakukan rutinitas rekrutmen. Perusahaan yang menjadi rekanan Karir.com tidak perlu repot keluar-masuk kampus untuk menyeleksi calon karyawan. Sedangkan mahasiswa tak perlu pusing dan capek karena mengikuti begitu banyak seleksi dari berbagai perusahaan.
Fokus program ini adalah adalah menyeleksi para lulusan berkualitas, yang nanti seluruh data mereka akan ditampung dalam data base Karir.com, sehingga perusahaan cukup memasukan user name beserta password untuk memilih para lulusan yang sesuai dengan keinginan mereka. “Dengan mempunyai data base para lulusan terbaik dalam lima tahun, ketika karier mereka menanjak dan bisa mencapai senior level, kita sudah punya datanya,” jelasnya.
Dino bilang, untuk bisa dikenal pasar, suatu perusahaan harus unik atau memiliki perbedaan. Setelah perbedaan itu ada, langkah selanjutnya adalah melihat ke pasar, apakah perbedaan ini sesuai dengan kebutuhan stakeholder. Dino yang setiap harinya menggunakan kereta ke kantor ini juga mengatakan, perbedaan atau unik itu harus bisa bersifat konsisten. "Orang Indonesia itu paling hebat untuk menciptakan ide kreatif, tapi sekaligus paling susah tetap konsisten," katanya.
Suka duka membuat perubahan dalam Karir.com, menurut Dino, terletak kesulitan untuk mengubah pola pikir karyawan lama yang susah untuk menerima sistem baru. Penyelarasan visi pun dilakukan sampai akhirnya beberapa karyawan terpaksa dirumahkan Dino.
Namun Dino menyadari, sebagai pemimpin, dirinya harus menciptakan hubungan baik dengan karyawannya yang umumnya didominasi oleh generasi milenium, sehingga memerlukan pendekatan yang berbeda. Untuk itu, Dino mencoba menciptakan suasana yang nyaman dan rileks dalam kantor ataupun pada saat rapat evaluasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News