Reporter: Leni Wandira | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID-JAKARTA. Emiten unggas PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA) mengungkapkan sederet kendala yang dihadapi perseroan di sisa tahun 2024 ini. Salah satunya ketegangan geopolitik yang kian memanas sehingga berdampak pada kenaikan biaya bahan baku produksi.
Rachmat Indrajaya, Dir Corp Affairs JPFA menyatakan bahwa ketegangan geopolitik, terutama situasi di Eropa dan baru-baru ini, di timur tengah, dapat menyebabkan gangguan pada ekonomi global, rantai pasokan, dan harga komoditas.
"Ini dapat berdampak pada biaya bahan baku dan daya beli konsumen. Kami terus memantau situasi dengan cermat," kata Rachmat dalam laporan kinerja perusahaan kuartal I-2024, dikutip Selasa (14/5).
Baca Juga: Tahun Ini, JPFA Siapkan Capex Hingga Rp 2 Triliun
Pasalnya, kata dia, dunia saat ini menghadapi tekanan biaya hidup. Tekanan inflasi global yang timbul dari kenaikan suku bunga oleh Bank sentral. Biaya energi yang tinggi, kemacetan rantai pasokan. Dan berdampak pada melonjaknya biaya produksi telah memberikan tekanan ke atas pada harga dan pada akhirnya mempengaruhi daya beli konsumen.
"Meskipun kami senang dengan peningkatan profitabilitas baru-baru ini, kami sangat tertarik dengan potensi gangguan dari kecenderungan geopolitik baru-baru ini di timur tengah, yang mungkin berdampak pada kondisi ekonomi umum," ungkapnya.
Kata dia, karena faktor makro ekonomi yang sebagian besar di atas berada di luar kendali JPFA. Perseroan berupaya untuk terus melakukan efisiensi terhadap anggaran Capex.
"Faktor makro ekonomi ini sebagian besar berada di luar kendali kami, kami akan menahan capex yang tidak penting. Sebagai produsen Japfa protein Staple yang aman dan affrodable, kami tetap percaya diri dalam pandangan jangka panjang kami, kami telah menetapkan dasar yang kuat untuk pertumbuhan di masa depan, berdasarkan prospek konsumsi protein di asia yang sedang berkembang," pungkasnya.
Informasi tambahan, Japfa Comfeed Indonesia (JPFA) per 31 Maret 2024 mencatat laba bersih Rp664,82 miliar. Melambung 366 persen dari periode sama tahun lalu minus Rp249,92 miliar. Alhasil, laba per saham dasar ikut melonjak menjadi Rp57 dari edisi sebelumnya minus Rp22.
Penjualan bersih Rp13,92 triliun, surplus 18 persen dari periode sama tahun lalu Rp11,76 triliun. Beban pokok penjualan Rp11,45 triliun, bengkak dari posisi sama tahun lalu Rp10,47 triliun. Laba kotor tercatat Rp2,47 triliun, melesat 92 persen dari periode sama tahun lalu senilai Rp1,28 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News