Reporter: Tim KONTAN | Editor: Ridwal Prima Gozal
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Gurita bisnis Grup Barito masih akan meluas. Grup usaha milik taipan Prajogo Pangestu ini makin gesit melakukan ekspansi di berbagai sektor. Salah satu langkah strategis yang ditempuh ialah melalui aksi akuisisi ataupun menggandeng mitra strategis unggulan.
Tahun ini, ada beberapa langkah akuisisi yang dilakukan Grup Barito lewat sejumlah anak usaha PT Barito Pacific Tbk (BRPT). Salah satu yang terbaru ialah akuisisi Shell Energy and Chemicals Park (SECP) di Singapura, melalui PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA). Aksi korporasi tersebut diharapkan meningkatkan kapasitas produksi dan distribusi perusahaan, sekaligus mempercepat ekspansi global.
Namun, ekspansi Grup Barito tak berhenti di situ. Direktur dan Sekretaris Perusahaan PT Barito Pacific Tbk David Kosasih pada public expose perusahaan di akhir 2024 yang lalu mengatakan, Grup Barito akan terus membuka peluang akuisisi. Fokus utama Grup Barito berada di sektor inti, yaitu petrokimia dan energi.
"Tapi tidak menutup kemungkinan kami melihat peluang di sektor usaha lain," kata David dalam paparan publik, 25 Oktober 2024 lalu.
Perjalanan panjang Grup Barito di berbagai bisnis selama nyaris empat dekade juga tak lepas dari kepiawaian perusahaan dalam menggandeng mitra strategis berskala global. Contohnya dalam akuisisi SECP beberapa waktu lalu, Chandra Asri menggandeng Glencore Plc, salah satu perusahaan sumber daya alam terdiversifikasi terbesar di dunia.
Glencore menjadi mitra joint venture dalam mengakuisisi kilang, ethylene cracker, dan aset kimia hilir dari SECP. Bersama Glencore, Chandra Asri akan memanfaatkan keahlian bersama untuk membuka peluang baru, sehingga bisa tetap kompetitif dalam industri global. Rencana ke depan, Chandra Asri membidik peluang ekspansi lebih luas di luar Asia Tenggara.
Tak cuma Glencore, ada puluhan nama institusi global yang punya rekam jejak bermitra dengan Grup Barito. Presiden Direktur PT Barito Pacific Tbk (BRPT) Agus Salim Pangestu menuturkan, Grup Barito memiliki sejarah yang baik dengan para mitra strategis.
"Kemitraan sangatlah penting bagi kami. Kami selalu berupaya membina hubungan baik dengan mitra strategis dan potential strategic partner lainnya," katanya dalam wawancara dengan KONTAN, menjelang IPO PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) Oktober tahun lalu.
Tonggak utama dalam perkembangan bisnis Grup Barito ialah akuisisi 70% saham Chandra Asri pada tahun 2007 silam. Setahun berselang, Grup Barito melebarkan usaha petrokimia dengan mengakuisisi 77,93% PT Tri Polyta Indonesia yang merupakan produsen petrokimia terbesar dan terintegrasi di Indonesia. Kedua perusahaan ini pun digabungkan (merger) pada tahun 2011.
Peluang bisnis petrokimia di Indonesia yang prospektif turut mengundang minat anak usaha SGC Group, SGC Chemicals Co. Ltd untuk ambil bagian di bisnis ini. SGC Chemicals merupakan salah satu perusahaan petrokimia terbesar di Asia asal Thailand. Pada 2011, SGC Chemical mengakuisisi 30% saham Chandra Asri dan kini memiliki 30,57% saham. Masuknya SGC Chemical memberikan sinergi melalui keahlian teknis dan membuka akses ke lembaga keuangan Thailand.
Menggeber ekspansi
Mitra bisnis Grup Barito di sektor kimia dan infrastruktur terus bertambah dari tahun ke tahun. Misalnya pada tahun 2013, Chandra Asri lewat anak usahanya, PT Petrokimia Butadiene Indonesia meresmikan kerja sama investasi dengan Compagnie Financiere Michelin untuk membangun pabrik karet sintetis di Cilegon, Banten.
Investasi pembangunan pabrik tersebut mencapai US$ 435 juta. Di perusahaan patungan PT Synthetic Rubber Indonesia, Michelin memiliki 55% saham di dan 45% saham dimiliki PT Petrokimia Butadiene Indonesia.
Demi menggenjot kapasitas produksi, Chandra Asri mengundang Thai Oil Public Company Limited (Thaioil) sebagai investor strategis untuk membangun kompleks petrokimia terintegrasi kedua CAP berskala global.
Thaioil bersama SCG Chemical berinvestasi hingga US$ 1,3 miliar atau setara Rp 19 triliun. Imbalannya adalah 15% kepemilikan saham di Chandra Asri melalui proses rights issue. Sedangkan SCG Chemical mempertahankan 30,57% kepemilikannya di Chandra Asri.
Grup Barito punya ambisi menjadi perusahaan sumber daya yang terdiversifikasi. Karena itu, Barito gencar menggandeng partner strategis untuk mempercepat pertumbuhan. Selain Glencore, pada tahun 2024 ini, Chandra Asri juga meraih investasi senilai US$ 194 juta dari perusahaan Thailand, Electric Generating Public Company Limited atau EGCO Group.
EGCO merupakan produsen energi independen yang berbasis di Thailand dan memiliki beberapa portofolio energi terbarukan. EGCO telah membenamkan 30% saham di anak perusahaan Grup Chandra Asri yang menggarap bisnis infrastruktur, PT Chandra Daya Investasi. Beberapa partner bisnis lainnya di bisnis infrastruktur ini ialah Grup Krakatau Steel dan Posco International, salah satu konglomerat Korea Selatan.
Berbagai komitmen investasi tersebut membuat Chandra Asri punya cadangan kas US$ 2,3 miliar yang memungkinkannya mengakuisisi aset dan bertransisi menjadi entitas induk infrastruktur energi.
Sedangkan di sektor energi, akuisisi Star Energy Geothermal menjadi aksi korporasi penting bagi pertumbuhan bisnis Grup Barito. Sejak tahun 2012 hingga kini, Barito Pacific menggandeng berbagai mitra penting untuk akuisisi sejumlah aset dan mengembangkannya.
Di bisnis energi terbarukan, lewat anak usaha PT Barito Renewables Energy Tbk, Grup Barito memiliki sejumlah aset, yaitu Wayang Windu, Salak, Darajat, Hamiding, dan Sekincau. Pengembangan aset-aset ini dilakukan dengan menggandeng beberapa partner kunci di antaranya, Mitsubishi, Egco Grup dan ACEN yang merupakan entitas konglomerat Filipina, Ayala Grup.
Kemitraan bersama ACEN masih terus terjalin hingga merambah bisnis pembangkit listrik tenaga angin. Melalui anak usaha ACEN, yaitu ACEN Indonesia Investment Holdings Pte. Ltd., dan anak perusahaan BREN, PT Barito Wind Energy, akan mengembangkan tiga aset pengembangan energi angin yang berada di tahap akhir di Sulawesi Selatan, Sukabumi, dan Lombok. Aset-aset ini secara kolektif menawarkan kapasitas potensial sebesar 318 MW energi angin.
Bersama para mitra global ini, fokus BREN tiga tahun ke depan adalah menambah kapasitas panas bumi hingga 104,6 MW dari aset Wayang Windu, Salak dan Darajat. Selain itu, BREN menggarap proyek di area baru Hamiding dan Souh Sekincau.
Akses pendanaan dan rencana bisnis
Grup Barito memiliki track record kapabilitas dan akses pendanaan yang kuat untuk mendukung rencana tersebut. Sampai saat ini, berbagai aksi korporasi Grup Barito tercatat berhasil mendongkrak prospek kinerjanya. Misalnya, lewat akuisisi SECP, TPIA berpeluang menerima penambahan pendapatan per tahun sekitar US$ 8 miliar hingga US$ 10 miliar atau setara dengan Rp 128 triliun hingga Rp 200 triliun.
Ekspansi Grup Barito ditopang belanja modal jumbo. BRPT telah mengucurkan capex US$ 5,1 miliar dari tahun 2015–2024. BRPT siap mengucurkan capex US$ 4,4 miliar hingga tahun 2027 untuk turut membiayai ekspansi berbagai anak usahanya.
Khusus tahun ini, BRPT mengalokasikan capex US$ 650 juta. Dana tersebut mayoritas untuk kebutuhan ekspansi TPIA dan BREN. Realisasi hingga semester pertama masih US$ 180 juta, dan sisanya di semester kedua.
Sejauh ini, sumber pendanaan Barito Pacific sebagai holding cukup terdiversifikasi, berasal dari pinjaman perbankan dan obligasi dengan mata uang dolar Amerika Serikat (AS) dan rupiah. Per 30 Juni 2024, nilai pinjaman perbankan yang berhasil dijaring BRPT mencapai US$ 2,1 miliar dan obligasi US$ 2,37 miliar.
Strategic partnership yang terjalin selama ini juga menjadi tambahan sumber pendanaan untuk ekspansi Grup Barito. Misalnya dari rights issue Chandra Asri tahun 2021 silam, perusahaan mengumpulkan dana hingga US$ 1,1 miliar yang diserap Thai Oil dan SCG Chemicals sebagai investor strategis.
Kalau diakumulasi sejak 2015-2022, nilai pendanaan yang berasal dari pinjaman dan ekuitas telah mencapai lebih dari US$ 10,56 miliar. Nilai ini belum termasuk tambahan equity strategic yang dilakukan Chandra Daya Investasi baru-baru ini, yang berhasil menjaring dana investor sebesar US$ 194 juta.
Dengan profil keuangan ini, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) pun memberikan peringkat idA+ (Single A Plus) kepada BRPT, dengan prospek stabil.
Penetapan peringkat ini, berdasarkan analisis dari dua analis Pefindo, Ayuningtyas Nur Paramitasari dan Kresna Piet Wiryawan.
"Obligor dengan peringkat idA memiliki kemampuan yang kuat dibandingkan obligor Indonesia lainnya untuk memenuhi komitmen keuangan jangka panjangnya," ujar Direktur Utama Pefindo, Irmawati, Kamis (12/12).
Peringkat ini menunjukkan bahwa Barito Pacific mampu menjaga kredibilitasnya di pasar dan menciptakan nilai tambah bagi investor, baik melalui ekspansi strategis maupun pengelolaan risiko yang efektif.
Selanjutnya: Danantara Segera Dibentuk, Pengawasan Dipegang Langsung Erick Thohir
Menarik Dibaca: Bunga Deposito Bank Danamon di Februari 2025, Tertinggi 5,00%
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News