Reporter: Dadan M. Ramdan | Editor: Putri Werdiningsih
JAKARTA. Tingginya ketertarikan dan minat masyarakat dalam dunia olahraga membuat setiap penyelenggaraan acara olahraga baik yang berskala nasional maupun global selalu mendapat perhatian besar.
Olimpiade merupakan salah satu ajang olahraga internasional yang paling terkemuka di dunia. Berbagai cabang olahraga akan dipertandingkan dan diikuti oleh ribuan atlet dari lebih 200 negara.
Tak heran, Olimpiade 2024 yang berlangsung di Paris, Perancis, mulai 26 Juli mendatang menjadi salah satu target para penjahat siber. Perhatian masyarakat seputar ajang olahraga itu dimanfaatkan sebagai momentum untuk melancarkan aksi mereka.
Steven Scheurmann, Regional Vice President for ASEAN, Palo Alto Networks memberikan gambaran, tentang bagaimana para vendor dan juga organisasi dapat melindungi diri mereka dari potensi ancaman selama berlangsungnya acara olahraga besar seperti Olimpiade Paris mendatang.
"Menuju Olimpiade Paris 2024, besarnya skala acara serta perhatian global yang akan tertuju pada acara tersebut akan membuka peluang bagi para pelaku ancaman siber untuk melakukan serangan mereka," katanya dikutip KONTAN, Minggu (21/7/2024).
Steven bilang, acara berskala besar seperti Olimpiade merupakan target empuk, khususnya bagi serangan yang menargetkan layanan pendukung keberlangsungan acara—seperti transportasi, perhotelan, manajemen acara, dan telekomunikasi.
Baca Juga: Catat Jadwal Badminton di Olimpiade 2024, Mulai 27 Juli 2024
"Serangan-serangan ini berpotensi untuk merusak reputasi acara, mengganggu pengalaman peserta, dan menimbulkan kerugian finansial bagi penyelenggara acara dan juga para sponsor," jelasnya.
Selain itu, terdapat risiko signifikan dari bisnis yang terganggu akibat penipuan finansial dan business email compromise (BEC), gangguan dari pihak ketiga oleh kelompok ransomware, serta serangan destruktif dari penjahat siber yang disponsori negara dan hacktivist.
Sebagai contoh, Steven menyebutkan, Olimpiade PyeongChang 2018 lalu menunjukkan risiko yang mungkin terjadi, di mana malware Olympic Destroyer menargetkan sistem-sistem penting yang menyebabkan potensi kekacauan dan gangguan.
Dengan kondisi yang sangat berisiko ini, sangat penting bagi setiap organisasi, baik yang terlibat secara langsung maupun tidak, untuk mengadopsi sikap keamanan yang proaktif. Mengimplementasikan filosofi Zero Trust, memanfaatkan otomatisasi dan AI, serta memastikan visibilitas yang komprehensif terhadap permukaan serangan dapat membuat perbedaan yang signifikan.
"Seiring dengan semakin berkembangnya AI, penyerang menjadi lebih mahir. Maka, bisnis dan organisasi perlu selangkah lebih maju dengan mempersiapkan diri sebelumnya dan menerapkan strategi keamanan tingkat lanjut," tandas Steven.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News