Reporter: Hendra Gunawan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. Di negara lain, kecepatan kereta api setiap tahunnya selalu mengalami peningkatan, sesuai dengan perkembangan teknologinya. Namun tidak demikian dengan Indonesia.Hal itupun diakui oleh Menteri Perhubungan RI, EE Mangindaan.
Menurutnya kecepatan kereta api di Indonesia setiap tahun justru cenderung menurun. Hal itu disebabkan oleh semakin banyak perlintasan kereta api yang digunakan untuk lalu lintas kendaraan.
"Dulu saat kereta api pertama kali di Indonesia tahun 1921, kecepatannya sudah 105 km per jam. Saat ini hanya 90 km per jam, malah turun. Tapi ke depan kita akan buktikan kalau kita bisa lebih cepat lagi," kata Mangindaan di Museum Transportasi Taman Mini Indonesia Indah (TMII) Jakarta, Senin (16/9).
Padahal, di waktu yang sama, dulu kecepatan kereta api di Jepang justru hanya 90 km. Tapi kini Jepang sudah mampu membuat kereta api dengan kecepatan hingga 300 km per jam. Oleh sebab itu Menteri Transportasi Jepang, seperti diutarakan oleh Kementerian Perhubungan siap untuk berinvestasi membangun kereta api melayang, di atas jalur ganda di Indonesia.
Rencananya, pembangunan jalur ganda, terutama di jalur pantai utara (Pantura) Jawa akan dilakukan pada akhir tahun ini. "Kalau double track kita jadi akhir tahun, mereka ingin agar bisa membangun di atas double track (untuk kereta api elevated)," tambahnya.
Investor Jepang siap membangun proyek ini asalkan pemerintah Indonesia mau membuat kebijakan jalur ganda agar bisa dibangun untuk jalur kereta elevated, sehingga memudahkan kereta cepat bisa berjalan dengan sempurna.
Rencananya, kereta ini nanti akan memiliki kecepatan hingga 300 km. Untuk lokasinya, Jepang memilih rute Jakarta-Surabaya dan Jakarta-Bandung. "Untuk waktu tempuh kereta Jakarta-Surabaya bisa 2,5 jam saja. Jadi pesawat bisa kalah, tapi tidak apa-apa, biar bisa berbagi rezeki," tambahnya.
Namun untuk pembangunan proyek ini, Kementerian Perhubungan belum membahas secara teknis, baik soal teknis investasi, anggaran hingga urusan tiket.
"Yang penting mereka tidak mau disusahkan urusan pembebasan lahan, sehingga yang dipilih adalah elevated (melayang). Untuk biaya, belum kita bicarakan. Tapi yang pasti harga tiket harus murah sehingga tidak membebani masyarakat," jelasnya. (Kompas.com)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News