Reporter: Maria Rosita | Editor: Edy Can
JAKARTA. PT Jones Lang LaSalle (JLL) Indonesia mengambilalih 100% bisnis PT Procon Indah. Bekas Chief Executive Officer Procon Lucy Rumantir yang kini menjadi Chairman JLL Indonesia mengatakan, peleburan dua perusahaan tersebut bertujuan memperlebar pangsa pasar.
Lucy mengatakan, selama ini Procon mendominasi pangsa pasar lokal sedangkan JLL pasar global. "Kami akan saling menutupi kekurangan. Lini bisnis makin lengkap," papar Lucy kepada KONTAN, Senin (8/8).
Namun di Indonesia, Procon cuma menguasai pasar properti lokal. Sementara JLL meladeni klien di 70 negara.
Sepanjang tahun lalu JLL menghasilkan penjualan global US$ 2,9 miliar untuk Asia-Pasifik. Menurut Lucy, JLL saat ini mengantongi nilai aset manajemen senilai US$ 45,3 miliar.
Menurut Lucy, JLL dan Procon sebenarnya memiliki banyak kesamaan. Menurutnya, keduanya melayani konsultasi pengembangan proyek properti. Lalu, kedua perusahaan sama-sama memasarkan properti perkantoran dan ritel. Tapi, Lucy mengakui, Procon belum berkembang sepesat JLL.
Catatan saja, kedua perusahaan properti ini pernah bergabung. Lalu, kedua bercerai pada 2001 dengan alasan ingin membangun visi masing-masing.
Perusahaan gabungan ini akan melanjutkan dan menyiapkan lebih 100 proyek hingga akhir tahun. Di antaranya, pemasaran Bali Nirwana Resort seluas 100 hektare di Denpasar dan renovasi gedung perkantoran Bursa Efek Indonesia seluas 5.400 meterpersegi (m2). Lainnya, pembangunan menara perkantoran Allianz Tower seluas 15.000 m2, World Trade Center II dan penjualan Gedung Bank Permata seluas 35.000 m2.
Setelah berkantor di Jakarta dan Surabaya, kini JLL dan Procon menyiapkan pembangunan kantor di Denpasar. "Ini untuk menangani proyek di Indonesia Timur," ungkap Kepala Riset JLL Indonesia Anton Sitorus.
Anton bilang, beberapa pesanan untuk perkantoran dan ritel di Manado dan Papua sudah mengantre. Beberapa pesanan proyek perkantoran datang dari perusahaan tambang seperti Freeport.
Sedangkan proyek ritel dari pusat perbelanjaan. Lucy bilang, kawasan timur Indonesia saat ini sedang kecanduan mal.
Kedua perusahaan menargetkan penjualan setiap tahun tumbuh 20%. "Jadi setelah lima tahun bisa dobel dari akhir tahun ini, itu target kami," jelas Lucy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News