kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Jurus ampuh media cetak dari CEO Kompas Gramedia


Kamis, 12 Juli 2012 / 14:28 WIB
Jurus ampuh media cetak dari CEO Kompas Gramedia
ILUSTRASI. Realisasi penyaluran FLPP per 17 Juni 2021 capai Rp 8,77 triliun.


Reporter: Nur Ramdhansyah A | Editor: Asnil Amri

JAKARTA. Bisnis media cetak ternyata menjadi media yang paling riskan ketika berhadapan dengan serbuan media sosial. Namun begitu, pengusaha media melihat, bisnis media cetak tetap akan berkibar jika mampu mempertahankan inovasi.

Hal ini disampaikan oleh Agung Adi Prasetyo, Chief executive officer (CEO) Kompas Gramedia, saat hadir di acara seminar "Media Literasi Pada Era Digital" yang diselenggarakan Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia di hotel Pullman di Jakarta, Kamis (12/7). “Saat ini banyak orang membuka Facebook ketimbang membuka koran," kata Agung.

Namun kata Adi, ada beberapa hal yang akan membuat media cetak bertahan hingga puluhan tahun ke depan. Pertama, media cetak harus pintar membuat inovasi dalam memuat berita. "Bagian redaksi harus berupaya semaksimal mungkin untuk berinovasi," jelas Agung.

Kedua, media cetak harus lebih mudah diproses, dalam arti, prosesnya yang tidak memakan waktu yang lama. Agung memberikan contoh, saat kasus meninggalkan permaisuri Inggris, Lady Diana. "Saat itu ada harian cetak di Inggris yang terbit setiap dua jam sekali, hanya untuk memberitakan perkembangan wafatnya Lady Diana," ujarnya.

Namun, untuk poin kedua tampaknya membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Ketiga, media cetak harus memperkaya lagi warna dan gambar. Menurut Agung, naiknya persentase media sosial ketimbang media jurnalistik dikarenakan media cetak saat ini sangat minim warna dan gambar.

Agung menambahkan, tahun 2009 terdapat 69 media cetak nasional. Namun memasuki tahun 2012, jumlah media cetak tersebut turun menjadi 55 media. "Berbeda dengan internet, tahun 2009 masih 28 media online. Tetapi tahun 2012 sudah mencapai 57 media online. Artinya media online sudah mengalahkan media cetak," ungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×