kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45920,31   -15,20   -1.62%
  • EMAS1.347.000 0,15%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Kadin nilai tidak ada sektor bisnis yang aman dari pandemi virus corona


Jumat, 08 Mei 2020 / 19:00 WIB
Kadin nilai tidak ada sektor bisnis yang aman dari pandemi virus corona
ILUSTRASI. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Bidang Hubungan Internasional Shinta W. Kamdani di gedung Kadin, Selasa (19/11/2019). Kontan/Lidya Yuniartha


Reporter: Sugeng Adji Soenarso | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin Indonesia) Shinta Wijaya Kamdani menilai saat ini hampir semua sektor sudah terkena dampak negatif pandemi. Menurutnya, semakin lama pandemi ini berlangsung, semakin lama harus menerapkan kebijakan-kebijakan pencegahan wabah, termasuk kontrol terhadap pergerakan orang dan barang antar wilayah & antar negara.

Akibatnya kerugian ekonomi yang akan ditanggung juga akan semakin besar. Selain itu, sektor ekonomi yang terkena akan semakin banyak dan sektor-sektor ekonomi yang sudah terkena dampak terlebih dahulu seperti pariwisata akan mengalami dampak negatif yang lebih dalam sehingga pemulihan ekonomi lebih lama dan lebih sulit dilakukan.

Baca Juga: Dari outlook negatif hingga default, ini update peringkat emiten dari Pefindo

"Jadi, semakin cepat menyelesaikan atau mengendalikan wabah ini di dalam negeri, Indonesia akan mengalami lebih sedikit economic damages, semakin mudah dan semakin cepat untuk pulih," ujarnya kepada kontan.co.id, Jumat (8/5).

Terkait sektor industri yang terdampak negatif wabah, Shinta membeberkan sektor yang terparah adalah sektor-sektor terkait hospitality dan perjalanan. Tidak hanya mencakup jasa pariwisata dan perjalanan tetapi juga semua industri pendukungnya seperti penerbangan, angkutan orang darat dan laut, hotel, restoran, jasa rekreasi, real estate, retail, dan sebagainya.

Sektor berikutnya yang terkena dampak paling signifikan adalah sektor manufaktur yg umumnya berada di zona merah, khususnya sektor manufaktur yang memproduksi produk non-primer seperti otomotif, elektronik, komponen-komponen mesin, dan lainnya lantaran penurunan permintaan pasar yang sangat drastis sepanjang pandemi.

Kemudian sektor perbankan yang meskipun saat ini masih dalam kategori sehat juga harus menanggung risiko debt crisis dari sektor riil yang hampir tidak bergerak karena penurunan pasar secara signifikan.

Bahkan ia menyebutkan industri-industri yang dianggap diuntungkan dari pandemi ini seperti industri farmasi, ICT, mamin, industri alat kesehatan juga tidak luput dari masalah kinerja karena ada faktor kelangkaan bahan baku, kenaikan harga bahan baku, kesulitan logistik perdagangan, penurunan daya beli, masalah terkait service overload atau service reliability, dan lainnya.

Baca Juga: OVO, Tokopedia dan Grab kumpulkan Rp 2,3 miliar dalam Patungan Untuk Berbagi THR

"Jadi semuanya dirugikan dan pada saat ini semua sektor mengalami risiko gulung tikar kalau tidak dibantu," terangnya.

Oleh sebab itu, ia berharap pemerintah harus memberikan bantuan yang efektif merelaksasi tekanan terhadap kondisi finansial perusahaan. "Ini harus dilakukan dari dua arah, yakni dari sisi pembebanan biaya usah khususnya fixed cost dan dari sisi penerimaan, khususnya dalam bentuk modal," tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×