Reporter: Merlinda Riska | Editor: Sandy Baskoro
JAKARTA. PT Kimia Farma Tbk harus menyiapkan dana tambahan. Pasalnya, estimasi biaya pembangunan pabrik baru Kimia Farma di Banjaran, Jawa Barat, membengkak. Saat ini, investasi proyek yang semula diprediksi menelan dana Rp 400 miliar itu bengkak menjadi Rp 760 miliar.
Presiden Direktur Kimia Farma, Rusdi Rosman, menyatakan kenaikan dana investasi ini karena ada tambahan biaya untuk bisa lulus kualifikasi berdasarkan standar World Health Organization (WHO). Tujuannya, agar obat-obatan yang dihasilkan dari pabrik itu bisa berkualitas internasional dan mudah diekspor. "Dulu, kami tidak memperhitungkan hal ini. Dengan begitu, mesin-mesin baru yang akan didatangkan dan bangunan baru pabrik itu akan mengikuti kualifikasi WHO," ujar dia, Senin (27/5).
Rusdi bilang, pabrik di Banjaran akan digunakan untuk memproduksi obat injeksi, salep, krim, serta onkologi (obat kanker). Dengan kehadiran pabrik baru itu, kapasitas produksi Kimia Farma bertambah lima kali lipat.
Dengan kenaikan proyeksi investasi pembangunan pabrik, emiten berkode saham KAEF ini menetapkan belanja modal 2013 berkisar Rp 850 miliar hingga Rp 900 miliar. Dana ini akan digunakan untuk membangun pabrik dan membangun 200 klinik. Semula, Kimia Farma mengalokasikan belanja modal tahun ini Rp 660 miliar.
Menurut Rusdi, pembangunan pabrik akan memakan waktu 1,5 tahun. "Kami tetap memproyeksikan groundbreaking pembangunan pabrik dilakukan tahun ini," kata dia.
Saat ini, Kimia Farma memiliki dana internal hampir mencapai Rp 500 miliar. Untuk memenuhi kebutuhan ekspansi tadi, perusahaan farmasi pelat merah ini membutuhkan suntikan dana dari eksternal. Rusdi bilang, Kimia Farma memiliki tiga opsi. Pertama adalah rights issue jika terjadi proses merger dengan PT Indofarma Tbk. Kedua, pendanaan dari obligasi secara bertahap. Ketiga, pembiayaan perbankan.
Untuk menerbitkan saham baru atau rights issue, Kimia Farma masih menunggu keputusan pemerintah. Jika keputusan merger tertunda, KAEF akan menempuh opsi obligasi atau pinjaman perbankan. "Sebab, ekspansi kami tidak bisa lagi ditunda. Kami bisa mengunakan salah satu opsi pendanaan atau gabungan keduanya," ujar Djoko Rusdianto, Sekretaris Perusahaan Kimia Farma.
Setelah merilis laporan keuangan semester I-2013, KAEF berniat segera menerbitkan obligasi sehingga dananya sudah cair pada kuartal ketiga.
Djoko menilai, sebetulnya pendanaan yang paling cepat adalah rights issue. Lantaran saat ini masih menunggu keputusan pemerintah dan DPR terkait merger dengan Indofarma, opsi itu tertunda. "Kalau dari manajemen sudah selesai dan proyeksinya kami akan melepas 35% saham untuk rights issue," tutur dia.
Hingga kuartal I-2013, Kimia Farma baru menggunakan belanja modal Rp 54 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News