kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.930.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.230   -112,00   -0,69%
  • IDX 7.214   47,18   0,66%
  • KOMPAS100 1.053   7,20   0,69%
  • LQ45 817   1,53   0,19%
  • ISSI 226   1,45   0,65%
  • IDX30 427   0,84   0,20%
  • IDXHIDIV20 504   -0,63   -0,12%
  • IDX80 118   0,18   0,16%
  • IDXV30 119   -0,23   -0,19%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,20%

Karet masih menjadi primadona komoditas ekpor sepanjang semester I 2011


Kamis, 08 September 2011 / 23:25 WIB
Karet masih menjadi primadona komoditas ekpor sepanjang semester I 2011
ILUSTRASI. Layar menampilkan pergerakan perdagangan saham di gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Jumat (23/10/2020).


Reporter: Bernadette Christina Munthe |

JAKARTA. Komoditas karet masih menjadi primadona ekspor Indonesia di sepanjang semester pertama 2011. Ekspor karet dan produk karet menempati peringkat ke dua dari 10 ekspor produk utama dengan nilai ekspor US$ 7,593 miliar.

Nilai ekspor karet dan produk karet pada semester pertama tahun ini dicatat naik 74,9% dari nilai ekspor semester pertama 2010 yang sebesar US$ 4,341 miliar. Kenaikan ini lebih disebabkan oleh kenaikan harga karet di pasar dunia sebesar 53,2%, sedangkan volume ekspor dicatat hanya naik 14,2%.

Sayangnya, di tengah gencarnya pemerintah mendorong hilirisasi komoditas, 84,2% dari volume ekspor karet dan produk karet masih berupa bahan baku industri.

Direktur Jenderal Industri Agro Kementerian Perindustrian Benny Wahyudi mencatat pada periode Januari 2011 hingga Mei 2011, volume ekspor crumb rubber mencapai 84,16% atau 1,057 juta ton. Sementara itu produk olahan baru 199.000 ton atau 15,84% dari total volume ekspor Januari hingga Mei 2011 sebanyak 1,026 juta ton.

“Kita memang masih kesulitan mengembangkan produk hilir karena sekarang belum ada data yang jelas mengenai jumlah ekspor produk karet ini dan dalam bentuk apa saja,” kata Ketua Umum Dewan Karet Indonesia Azis Pane, Kamis(8/9).

Azis berpendapat pemerintah seharusnya merinci data ekspor karet dan produk karet. Maksudnya agar kinerja ekspor masing-masing produk bisa terlihat jelas dari data ini. Selama ini karena data dicampur, terkesan kinerja ekspor karet dan produk karet sudah baik, padahal kenaikan ini bukan karena penambahan nilai oleh industri pengolahan di dalam negeri.

Namun sepertinya ekspor bahan baku masih akan lebih mendominasi selama pemerintah tidak memberikan insentif. Soalnya, dengan menjual dalam bentuk bahan baku saja pengusaha bisa meraup untung besar. Ekspor crumb rubber pada periode Januari 2011 hingga Mei 2011 dengan volume 1,057 juta ton misalnya bisa mendatangkan fulus US$ 5,19 miliar. Sementara ekspor produk hilir dengan volume 199.000 ton hanya menghasilkan US$ 809 juta.

Pada 2010, ekspor bahan baku karet dicatat sebanyak 2,27 juta ton dengan nilai US$ 7,102 miliar. Sementara ekspor produk hilir dari karet sebanyak 455.092 ton dengan nilai US$ 1,57 miliar. Benny mengatakan ke depan pemerintah menargetkan volume ekspor produk hilir bisa naik menjadi 35%. “Dalam waktu 5 tahun ke depan kita harapkan ekspor karet dalam bentuk bahan mentah 65% dan produk hilir 35%. Pemerintah memberi insentif dalam bentuk tax allowance,” kata Benny kemarin.

Azis memperkirakan ekspor karet pada semester ke dua 2011 ini tak akan sekencang pertumbuhan ekspor pada semester pertama lalu. Soalnya, pasar internasional menurutnya mulai jenuh.

“Secara tahunan pertumbuhan ekspor Desember nanti sekitar 40% hingga 60%, karena pasar seperti Amerika mereka punya produksi karet, sementara Eropa konsumsinya melemah karena harus menanggung beban utang Yunani. China juga kelihatannya mulai meredam inflasi sehingga konsumsinya melemah,” kata Azis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Digital Marketing for Business Growth 2025 : Menguasai AI dan Automation dalam Digital Marketing

[X]
×