kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Kasak-kusuk di Balik Hak Siaran Eksklusif Olimpiade TVRI


Senin, 11 Agustus 2008 / 21:07 WIB
Kasak-kusuk di Balik Hak Siaran Eksklusif Olimpiade TVRI


Reporter: Bagus Marsudi,Purwadi | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie

JAKARTA. Ingar-bingar pesta Olimpiade Beijing 2008 menyisakan kisah unik. TVRI sebagai salah satu pemegang hak siar  mendapat sorotan dari stasiun televisi berbayar yang selama ini merelai siaran TVRI dalam salah satu kanalnya.

Jauh hari sebelum Olimpiade digelar, TVRI memang mengedarkan surat ke semua pengelola televisi berbayar agar tidak menyiarkan program Olimpiade yang dipancarkan secara langsung TVRI empat jam sehari.

Alasannya, selain TVRI, Asian Broadcasting Union (ABU) juga memberi hak siar Olimpiade ke Aora TV, teve berbayar milik Rini Soemarno. "Momen Olimpiade ini merupakan cara kami mau masuk," tutur Ongki Soemarno, Presiden Direktur PT Karya Megah Adijaya, pemilik Aora TV.

Yon Anwar, Direktur Program dan Berita TVRI, mengaku bahwa sebagai lembaga penyiaran publik, pihaknya senang-senang saja siaran Olimpiade disebarkan oleh berbagai pihak. "Tapi, menurut perjanjian, standarnya harus begitu. Kita juga tak enak dengan Aora," tutur Yon. 

Siaran Eksklusif tanpa Mengacak

Anehnya, imbauan TVRI pada para pengelola teve berbayar ini tanpa disertai prosedur normal sekaligus sanksi jika ada yang melanggar. Arya Mahendra, Sekretaris Perusahaan PT MNC Skyvision, pemilik Indovision, menyebutkan, TVRI sama sekali tidak mengacak (scramble) siaran yang tak boleh direlai stasiun lain. "Jadinya, kami sendiri yang harus menutup empat jam siaran itu dengan program kami yang lain," tutur Arya.

Tentu saja, beberapa pengelola teve berbayar dibuat repot dengan mekanisme ini. Jika dilepas begitu saja, mereka bisa dianggap melanggar hak siar. "Kita harus menyiapkan program pengganti yang seharusnya menjadi tanggungjawab TVRI," tandas Arya.

Bambang Lusmiadi, Direktur Konten dan Pemasaran Telkomvision, mengaku tak bisa berbuat banyak. Pada empat jam siaran  Olimpiade di TVRI, Telkomvision mengisi dengan konten informasi program sendiri. "Kita patuh pada ketentuan dan sadar bahwa hak siar memang bukan ada pada kami," katanya.

Bukan berarti pelanggan Telkomvision sama sekali tak bisa menikmati siaran Olimpiade. Menurut Bambang, lantaran TVRI tidak mengacak siaran, pelanggan Telkomvision yang menggunakan antena parabola biasa masih bisa menangkap siaran. "Cukup matikan Telkomvision, lalu tangkap siaran dengan parabola," terang Bambang.

Sikap TVRI tak mengacak siarannya ini menimbulkan syak prasangka beberapa pihak soal eksklusivitas hak siar TVRI. "Jangan-jangan dia mendapat siaran gratis," ujar sumber KONTAN yang enggan disebut namanya.

Yon menampik tudingan itu. "Kita punya perjanjian resmi dan membeli hak siar," ungkapnya tanpa menyebut berapa jumlahnya. Meski begitu, TVRI tak menghitung pengeluaran untuk mendapatkan hak siar itu secara komersial. "Kami masih banyak subsidi," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×