Sumber: Kompas.com | Editor: Uji Agung Santosa
MEDAN. Kuala Namu, Deli Serdang, Sumatera Utara, menjadi kawasan yang difavoriti sejumlah pengembang. Hal ini lantaran beroperasinya Bandar Udara International Kuala Namu, berikut akses pendukung lainnya seperti jalur kereta, dan rencana Jalan Tol Medan-Kuala Namu.
Akses tersebut menggenapi tiga akses jalan nasional lainnya menuju Kuala Namu, yakni Jalan Gatot Subroto-Tembung-Batangkuis-Kuala Namu, akses Simpang Kayu Besar Tanjungmo-rawa-Kuala Namu, dan akses Simpang Kayu Besar-Lubukpakam-Bakaranbatu-Kuala Namu.
Wakil Ketua Kadin Sumatera Utara Bidan Pembangunan Properti dan Infrastruktur, Tomi Wistan, mengungkapkan hal tersebut kepada Kompas.com, Kamis (20/11/2014).
"Kawasan Kuala Namu menjadi incaran pengembang dan sejumlah investor lainnya. Mereka merespon kehadiran Bandar Udara Internasional Kuala Namu sangat luar biasa. Bahkan, menurut saya terlalu ekspansif sehingga memicu lonjakan harga tanah dengan angka berlebihan," ujar Tomi.
Dia menuturkan, dalam waktu tiga hingga lima tahun ke depan, pengembangan properti akan semakin masif terjadi di kawasan Kuala Namu. Kawasan-kawasan komersial dan bisnis baru bakal hadir dan menjadi sarana investasi yang sangat menjanjikan.
Selain pengembang lokal seperti PT Asia Bisnis Center, Wiraland, PT Global Medan, yang meminati kawasan ini, juga sejumlah pengembang nasional. Satu di antaranya adalah Majestic Land Group. Pengembang yang baru saja menggandeng Archipeago International untuk mengelola Royal Kamuela Bali ini akan membesut township development seluas 600 hektar.
Menurut Direktur Utama Majestic Land, Wisnu Tri Anggoro, posisi lahan saat ini sedang dalam proses pembebasan. Sekitar 60 persen progres pembebasan sudah berjalan. "Semoga akhir tahun sudah dibebaskan seluruhnya," kata Wisnu.
Pengembangan skala kota tersebut, lanjut Wisnu, merespon pertumbuhan ekonomi dan kondisi daya beli masyarakat di Medan, Deli Serdang, Binjai, dan kawasan lainnya di Sumatera Utara. Selain itu, pasokan hunian, komersial, berikut kelengkapan ekologis lainnya masih terbatas.
"Kami mengisi peluang itu dengan menciptakan produk properti yang terintegrasi melalui pembangunan kota baru ini," tutur Wisnu.
Sebagai langkah awal, kata Wisnu, dana investasi yang sudah disiapkan sekitar Rp 300 miliar. Dana sebesar ini digunakan untuk membebaskan lahan dan membangun infrastruktur. Sementara dana konstruksi masih dihitung.
"Kota baru ini merupakan pengembangan berkelanjutan dan dilakukan secara bertahap. Itu membutuhkan investasi jangka panjang. Saya optimistis, pasar di Medan dan wilayah Sumatera Utara lainnya mampu menyerap produk kami," pungkas Wisnu.(Hilda B Alexander)
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News